Abdul Mu’ti: Sebagai Negara Pluralis, Moderasi Beragama untuk Indonesia Sebuah Keniscayaan
Abdul Mu’ti: Sebagai Negara Pluralis, Moderasi Beragama untuk Indonesia Sebuah Keniscayaan

Gedung PPG, Bojongsari, BERITA FITK Online – Kamis, (25/08/2022) bertempat di gedung PPG Bojongsari Depok, sebanyak 1.234 (Seribu Dua Ratus Tiga Puluh Empat) mahasiswa baru Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah mengikuti kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2022. Kegiatan ini bertemakan “Kreatif Berilmu, Moderat Beragama, Semangat Berwirausaha”.

Acara dihadiri oleh Dekan FITK Dr. Sururin, M.Ag., Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Kadir, M.Pd., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Dr. Abdul Muin, M.Pd., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja Sama Dr. Khalimi, M.Ag., Plt. Kabag TU Iin Marlina, S.E., M.M., Sub. Koordinator Akademik, Kemahasiswaan, Alumni, Sub. Koordinator Administrasi Umum, dan Kepala Urusan Perpustakaan FITK.

Dikemukakan oleh satu tokoh yang menjadi narasumber Prof. Abdul Mu’ti, M.Ed., selaku guru besar FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diawal penyampaiannya, beliau mengucapkan selamat kepada mahasiswa baru, para mahasiswa yang lulus seleksi untuk belajar dikampus prestasi.

“Selamat kepada mahasiswa baru FITK UIN Jakarta, kalian adalah harapan umat dan harapan bangsa” ucap Abdul Mu’ti saat memulai orasinya.

Kemudian, dalam sesi penyampaian materi, Prof. Abdul Mu’ti, M.Ed. mengungkapkan pentingnya moderasi beragama khususnya kepada para mahasiswa baru Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

“Moderasi adalah pertengahan, tidak ekstrim kanan ataupun ekstrim kiri, sebagai warga Negara Indonesia yang memiliki budaya dan kepercayaan yang beragam, kita butuh moderasi dalam beragama. Oleh karenanya moderasi beragama merupakan keniscayaan,” ujar Abdul Mu’ti.

Selanjutnya, Profesor yang kini menjabat Ketua Prodi S3 PAI juga menyampaikan bahwa ada 4 faktor penting yang menjadi alasan mengapa kita harus moderat dalam beragama? Keempat faktor tersebut adalah Teologis, Politis, Sosiologis, dan Psikologis.

“Teologis merupakan faktor yang berkaitan dengan agama, kepercayaan. Seseorang yang yang menganut agama islam harus moderat, karna islam sendiri adalah agama yang adil, washat (pertengahan), dan moderat,” katanya.

Selanjutnya adalah faktor politis, beliau menyampaikan bahwa “Kebangsaan Indonesia memiliki suku, budaya, dan kepercayaan yang beragam. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk atau plural yang memiliki banyak ragam perbedaan, sehingga untuk mendapatkan suatu kebahagiaan, masyarakat Indonesia harus moderat dalam menyikapi berbagai macam perbedaan tersebut”.

Kemudian, pada bagian faktor sosiologis beliau menyampaikan “Kita sebagai manusia tidak hidup seorang diri, jadi harus moderat”.

Faktor yang terakhir atau Psikologis, “Manusia secara biologis adalah makhluk yang membutuhkan makhluk lain. Dalam memainkan peran sebagai makhluk sosial, manusia pasti membutuhkan manusia lain dalam hidupnya. Untuk itu, agar kebutuhan tersebut terpenuhi, kita harus bersikap adil, moderat, dan tidak mementingkan kepentingan pribadi,” ucapnya.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah itu lebih lanjut menjelaskan tentang moderat dalam sikap, di antaranya seperti:

  1. Keyakinan terhadap agama, bahwa Islam adalah agama yang benar.
  2. Kesadaran bahwa umat Islam bukanlah satu-satunya umat beragama yang ada di Indonesia.
  3. Menghormati satu dengan yang lainnya. Karna manusia adalah makhluk yang mulia, apapun keadaannya.
  4. Menjadi moderat berarti tidak ekstrem, tidak mencapur adukkan agama, dan bukan berarti juga serba tidak boleh karna semua punya dasar.
  5. Saling mengakomodasi, berbeda antara toleransi dan mengakomodasi. Sebagai contoh, Ketika kita sebagai seorang Muslim melakukan perjalanan ke negara yang mayoritas non-muslim, disana kita tetap disediakan rumah untuk beribadah.

Selanjutnya, beliau menyampaikan 2 penyebab yang menjadikan seseorang menjadi ekstrem, yaitu kurangnya ilmu dan kurang bergaul.

Kurangnya ilmu membuat seseorang memandang suatu hal dar satu sisi saja, tidak bisa menilainya dari sisi lain. Oleh sebab itu, orang yang moderat adalah orang yang memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Wawasan tersebut diibaratkan seperti lautan, ia harus luas sejauh mata memandang dan dalam.

Kedua, kurang bergaul yang menyebabkan seseorang akhirnya kurang toleransi dalam menyikapi berbagai perbedaan. Dengan banyak bergaul, setidaknya seseorang akan mengetahui tentang suatu hal yang menjadi perbedaan dari sudut pandang orang lain. (MusAm)