Abuddin Nata Menyerukan Pembuatan Buku Epistimologi Pendidikan Islam
Abuddin Nata Menyerukan Pembuatan Buku Epistimologi Pendidikan Islam
Gedung FITK, BERITA FITK Online– Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A. menyatakan bahwa jika umat Islam ingin mengembangkan Epistimologi Pendidikan Islam, ke depan harus ada  tim kecil yang membuat buku Epistimologi Pendidikan Islam dan dia siap mendukungnya. Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam acara Pra-Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) 2022 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta hari kedua, Jumat, (11/3/2022).

Lanjut Abuddin, pengembangan epistimologi pendidikan Islam dari dulu hingga sekarang masih amat lemah. Menurutnya, para ulama dan ilmuan klasik sebenarnya berhasil menyusun dan mengembangkan ilmu, namun tidak disertai estimologinya.

“Epistomologi pengembangan pendidikan Islam masih amat lemah dan belum dirumuskan oleh para ahli. Akibatnya pengakuan masyarakat ilmiah terhadap Ilmu Pendidikan Islam sebagai sebuah disiplin ilmu masih amat kurang. Ilmu Pendidikan Islam dianggap sebagai cabang ilmu keislaman,” jelas Bapak kelahiran Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 2 Agustus, 1954 itu.

“Para ulama dan ilmuwan di zaman klasik pada umumnya berhasil menyusun dan mengembangkan ilmu, namun tidak disertai epistimologinya, sehingga ilmu tersebut selain sulit dikembangkan, juga cenderung jadi hafalan dan berhenti berkembang. Hampir semua ilmu keisalaman berhenti berkembang,” terangnya.

Oleh sebab itu, menurutnya harus ada penelitian yang mendalam apa penyebab tidak berkembangnya epistimologi pendidikan Islam tersebut.

“Tentang sebab-sebab mengapa epistologi pendidikan Islam tidak berkembang menurut saya perlu diteliti. Boleh jadi penyebabnya mungkin karena dulu larangan belajar filsafat, sedangkan epistimologi bagian dari filsafat ilmu; atau karena hilangnya tradisi berfikir inovatif,” jelas mantan aktivis HMI ini.

Ketua Senat UIN  Jakarta ini pun melanjutkan pembahasannya mengenai alat atau metode untuk pengembangan ilmu pendidikan. Menurutnya, alat atau metode untuk pengembangan ilmu pendidikan di antaranya adalah pancaindera dengan berbagai macam peran dan fungsinya, akal pikiran dengan berbagai macam peran dan fungsinya, hati nurani dengan berbagai peran dan fungsinya.

Selanjutnya alat untuk pengembangan ilmu pendidikan adalah penggunaan pancaindera, akal dan hati dalam epistimologi pendidikan Islam berdasarkan al-Quran, al-Hadis dan ra’yu yang terbimbing, sedangkan dalam epistimologi pendidikan Barat bersifat dikhotomik, rasional, liberal, empiris, positivistik, dan sekularistik, karena lahir dari suasana pertentangan dan konflik antara ilmuwan dengan gereja, penguasa, kalangan borjuasi, bid’ah, khurafat dan takhayul. (MusAm)