Andoyo Sastromiharjo: Dalam Merumuskan Kurikulum, Tanya Mahasiswa Butuhnya Apa?

Pusdiklat Kemenag, Ciputat, BERITA FITK Online- Prodi PBSI FITK menggelar Workshop Pengembangan Kurikulum PBSI PTKI dan Pelantikan Pengurus IPTABI 2023—2027 pada Selasa hingga Rabu (4—5/7/23) di Pusdiklat Kemenag RI, Ciputat, Tangerang Selatan.
Peserta yang tergabung dalam IPTABI tersebut berasal dari berbagai PTKI di Indonesia dengan membawa misi untuk sama-sama menyimak bagaimana krusialnya pengembangan kurikulum di Prodi PBSI guna mencapai pengembangan sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam acara tersebut, terdapat sesi pemaparan materi dari Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd. yang merupakan pengajar di UPI Bandung. Kaprodi S2 dan S3 Pendidikan Bahasa Indonesia UPI itu diminta panitia untuk memaparkan materi dengan tema “Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”, Andoyo menyampaikan substansi-substansi dalam materi dengan lugas.
Andoyo biasa ia disapa menyampaikan bahwa penting dalam merumuskan kurikulum untuk menanyakan terlebih dahulu ke mahasiswa apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Dalam hal ini, bukan untuk selalu disetujui, tetapi untuk menjadi bahan pertimbangan.
“Pernahkah Bapak-ibu tanya ke mahasiswa maunya apa? Kalau saya, melakukan itu. Lalu saya melihat, apakah sesuai dengan RPS yang sudah saya buat. Kalau tidak sesuai, maka saya akan memperbaiki RPS itu. Ini baru perkuliahan yang berbasis kebutuhan mahasiswa,” ucapnya.
Ia juga menyinggung mengenai IA (Implementation Arrangement), yakni merupakan dokumen yang memuat rincian rencana implementasi kegiatan kerja sama berdasarkan MoU/MoA yang telah disepakati sebelumnya.
“Dalam pengembangan kurikulum, sudahkan melakukan kerja sama dengan pihak yang berkaitan? Semakin banyak IA, maka makin tinggi nilainya. Jangan lupa, kalau ada kunjungan, jangan sekadar hanya kunjungan, tetapi lakukan sesuatu,” jelas Andoyo.
Alumni program doktor Universitas Negeri Malang tersebut memberi saran agar para dosen PBSI tidak memberikan beban yang terlalu banyak ke mahasiswanya. Ia mengimbau agar dosen cermat dalam melihat apa saja yang memang masih diperlukan.
“Kita tolong mahasiswa kita. Semakin ke akhir, jangan membengkak SKS-nya. Jadi ada semangat dari mahasiswa untuk menuntaskan studi. Jangan dibebani SKS yang banyak, supaya mereka lulus tepat waktu. Kalau kita ingin berorientasi ke depan, maka caranya harus begitu,” jelas Andoyo. (MusAm/ Selvia Parwati Putri)