Angkat Rendra sebagai Sastrawan Kehormatan Tahun 2021, PBSI UIN Jakarta Selenggarakan Pestarama ke-6
Gedung FITK, BERITA FITK Online- Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, kembali menghadirkan Pekan Apresiasi Sastra dan Drama jilid 6 (Pestarama#6). Webinar Nasional dengan tajuk "Membentang Karya dan Pemikiran W.S. Rendra di Era Pendidikan Digital" merupakan bagian pembuka dari rangkaian Pestarama lainnya. Webinar ini diselenggarakan ke dalam tiga sesi dengan empat narasumber Webinar Nasional sesi 1 dengan judul Teater dan Kritik Sosial W.S. Rendra dilaksanakan pada Sabtu, 26 Juni 2021. Kegiatan ini berlangsung secara daring melalui aplikasi Zoom dengan menghadirkan Irsyad Ridho dan Agus R Sarjono sebagai narasumbernya. Kegiatan ini terselenggara dengan diikuti lebih dari 170 orang, di antaranya dosen dan guru dari berbagai instansi dan daerah serta mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Semester 6 yang menjadi penyelenggara dalam kegiatan webinar PESTARAMA. “W.S Rendra merupakan penyair yang berpengaruh dalam sastra” ujar Makyun Subuki, Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia saat ditanya alasan memilih Rendra. Selain itu, W.S Rendra juga merupakan pengarang yang kritis dengan banyak karya yang hebat dan ikonik pada masa Orde Baru. Agus R. Sarjono yang merupakan penyair dan penerjemah membahas tentang Otentisitas serta Metabolisme Budaya dalam karya W.S. Rendra, “Puisi Rendra sangat banyak dibaca dan paling mudah diterjemah oleh penerjemah karena logikanya dari awal selalu konsisten” ujarnya. Selain itu, Ia membagikan pengalamannya melakukan perjalanan bersama Rendra ke Leiden, “Waktu itu, Rendra baru sampai Leiden dan ngobrol dengan OB di sana yang ternyata orang Indonesia selama dua jam. Saya tanya, Mas ga capek? Ya capeklah, tapi berhubung yang ditemuinya orang kecil, orang Indonesia yang bekerja di sana selama bertahun tahun dan tidak pernah ada yang mengajaknya berbicara atau mendengarkannya maka meski lelah Rendra mendengarkan cerita OB tersebut. Begitulah Rendra! Itu yang membuat karya-karyanya terasa khas,” papar penyair yang juga penulisa esai, kritik, dan drama ini. Sedangkan terkait karya terjemahan yang kerap dibuat oleh Rendra, "Saya bisa memahami apa yang dilakukan Rendra saat itu, karena saya juga melakukan hal yang sama. Saya menulis karena ada yang harus saya tulis, begitu juga Rendra. Yang unik pada Rendra ialah apapun yang dia sentuh akan jadi Rendra. Dia juga tidak menghalangi ke-Rendra-annya saat ia menyentuh sebuah karya." Ujar Agus R. Sarjono. Sedangkan Irsyad Ridho Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), menceritakan perkenalan tak langsungnya dengan Rendra ketika ia masih SMP saat guru bahasa Indonesianya membacakan puisi “Aku Tulis Pamplet ini”. Kata-kata dalam puisi tersebut terkenang terus, meski saat itu ia tak tahu maknanya. Puisi tersebut memberikan makna yang berjangka sampai era digital seperti ini. “Melihat Rendra seperti jangka, hidup Rendra pada zaman dulu bisa dijadikan hikmah di zaman sekarang untuk membangun tradisi” tambah Irsyad. Untuk itulah penting bagi guru dan calon guru untuk membawa Rendra ke ruang kelas karena puisi-puisi yang Rendra tulis masih relevan dan tak lekang oleh waktu. Webinar yang berlangsung selama tiga hari 26 s.d. 28 Juni akan menghadirkan narasumber lainnya yakni Bambang Prihadi Ketua Komite Dewan Kesenia Jakarta dan Sekjen Lembaga Seni Budaya Muslim Abdullah Wong. Selain Seminar, mahasiswa PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga mementaskan Sembilan naskah Rendra, menyelenggarakan berbagai perlombaan dan puncak acara di tanggal 30 Juni akan diselenggarakan Tribute (Penghargaan) kepada Rendra.