APAKAH BERKAH ITU ADA?
Ahmad Thib Raya | Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta |
Apakah berkah itu memang ada? Ini sebuah pertanyaan yang mungkin Anda pernah dengar dari seseorang. Tentu ada yang percaya dan ada pula yang tidak. Sangatlah keliru, menurut saya, kalau ada seseorang yang tidak percaya adanya berkah itu.
Saya sangat percaya akan adanya berkah itu. Sebab, Allah sendiri di dalam Al-Qur’an menggunakan kata “berkat” (بركة) dan berbagai kata yang berakar dari kata itu dalam 32 ayat yang tersebar dalam beberapa surat, baik dalam bentuk kata kerja, maupun kata benda.
Di dalam ucapan salam yang diajarkan oleh Rasulullah, kita selalu berkata: السلام عليكم ورحمة الله وبركاته (Assalaamu ‘alaiykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh). Dalam menjawab salam itu juga sama. Yang mengucapkan salam dan menjawabnya selalu memohon “keselamatan (kedamaian, ketenteraman, dan ketenangan), memohon rahmat, dan memohon berkah dari Allah swt). Di dalam doa-doa pun, Rasul mengajarkan kepada kita untuk memohon berkah dari Allah, seperti اللهم بارك لنا فيما رزقتنا (Allaahumma baarik laanaa fiy maa razaqtanaa).
Ada ilustrasi tentang adanya berkat itu yang digambarkan oleh seorang sufi terkenal, Ibn Adham dalam sebuah dialog dengan seseorang, seperti yang saya sudah kemukakan teks Arabnya semalam. Teks Arab itu saya salin dari Grup WA Pencinta Bahasa Arab.
Ibn Adham (W. 161 H) adalah Ibrahim bin Adham bin Manshur bin Yazid bin Jabir, yang digelari dengan Abu Ishaq al-Tamimy al-‘Ajaliy. Ibn Adham adalah seorang sufi yang zahid, ahli ibadah. Terjemahan dari dialognya itu adalah sebagai berikut:
Seseorang (laki-laki) berdialog dengan Ibrahim bin Adham, rahimahullah.
Orang itu berkata kepadanya: “Yang disebut berkah itu tidak ada.” Ibrahim bin Adham menjawabnya dengan bertanya kepadanya: “Apakah engkau tidak memperhatikan kepada anjing-anjing dan kambing-kambing?” Orang itu berkata: "Ya."
Ibn Adham bertanya lagi: “Yang mana di antara keduanya yang banyak melahirkan?” Orang itu menjawab: “Anjing melahirkan banyak anak hingga 7 ekor, sedangkan kambing hanya melahirkan 3 ekor saja.”
Ibn Adham bertanya lagi: “Sedandainya engkau memperhatikan sekitarmu, mana di antara keduanya (anjing dan kambing itu) yang paling banyak jumlahnya? Orang itu menjawab: “Saya melihat kambing yang paling banyak jumlahnya.”
Ibn Adham bertanya lagi: “Bukankah kambing yang disembelih, sehingga berkurang, dan jumlahnya menjadi sedikit?” Orang itu menjawab: “Ya.” Ibn Adham berkata: “Inilah yang disebut berkah itu.”
Orang itu bertanya: “Bagaimana bisa terjadi seperti itu?” “Atau mengapa kambing mendapatkan berkah sedangkan anjing tidak mendapatkannya.” Ibn Adham menjawab: “Karena sesungguhnya kambing tidur di awal malam dan bangun sebelum terbit fajar, sehingga dia mendapatkan waktu rahmat, dan turunlah kepadanya berkah itu. Adapun anjing kerjanya menggonggong sepanjang malam (tidak pernah tidur). Apabila waktu fajar sudah dekat, dia bimbang dan dia tidur. Lalu berlalulah waktu rahmat dan tercabutlah darinya berkah itu. Sampai di sini berakhirlah dialog antara orang itu dan Ibrahim bin Adham rahimahullah.
Saya berkata (kata yang mengutip tulisan ini): “Hendaklah kita berpikir dan mengintrospeksi diri kita di dalam hal makanan yang kita makan, ucapan yang kita katakan, dan pertemuan yang kita lakukan. Inilah di antara hal-hal yang dapat menghilangkan berkah itu dari diri kita, dari harta kita, dari keluarga kita, dan dari yang lain-lainnya. Allah Yang Maha Memberi pertolongan dan keberkahan.
Contoh ril yang dikemukakan oleh Ibn Adham atas orang yang tidak mempercayai adanya berkat itu adalah contoh yang paling nyata. Kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga dari contoh dialog itu. Berkat itu selalu ada dari sesuatu yang sedikit, tetapi manfaat dan dampaknya banyak. Berkat itu selalu ada dari sesuatu yang kecil, tetapi manfaat dan dampaknya besar.
Banyak orang yang gaji dan pendapatannya sedikit, tetapi manfaat dan dan dampaknya banyak. Inilah yang disebut berkah itu. Sebaliknya, banyak orang yang mendapatkan gaji yang lebih banyak dan pendapatan yang lebih besar, tetapi manfaat dan dampaknya sangat sedikit. Inilah gaji yang tidak berkah.
Semoga kita semua dapat mengambil manfaatnya dari dialog itu. Aamiin. Jakarta-Matraman, Selasa subuh, tanggal 10 Oktober 2017.