Collaborative Nested Action Research (C-NAR): Inovasi Penguatan PPG
Diskusi Dosen FITK 2022 kembali digelar pada 23 Juni 2022. Berbeda dengan bulan sebelumnya, kali ini tema yang diangkat adalah Collaborative Nested Action Research (C-NAR), sebuah inovasi dalam PPL untuk penguatan Pendidikan Profesi Guru yang menekankan pada kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan guru pamong. Ketua Tim Diskusi Dosen 2022 Dr. Khalilah, M.Pd menyampaikan Tema ini diangkat karena FITK UIN Syarif Hidayatullah adalah lembaga perguruan tinggi yang bergerak di bidang Pendidikan yang menjadi pelaksana Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan dan cukup menarik perhatian hingga mencapai 449 peserta Diskusi Dosen FITK yang mengikuti dari berbagai daerah di nusantara dan berbagai profesi, mencakup dosen, mahasiswa, dan guru di sekolah dll.
pada seri 6 ini, tidak hanya itu jika mengacu trend kekinian bahwa Pemerintah menggagas Program Praktisi Mengajar dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka, disinilah ruang para praktisi pendidik yaitu guru-guru yang sedang mengikuti PPG bisa terlibat otomatis dalam inovasi penguatan PPG.
Terkait dengan kegiatan ini, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Sururin, M.Ag. menuturkan bahwa kegiatan Diskusi Dosen ini merupakan kegiatan penting karena ini adalah wahana bagi universitas yang memiliki konsentrasi dalam dunia pendidikan untuk berkolaborasi, berbagi ide, pengalaman, gagasan sehingga kita bisa melakukan perbaikan dan menghasilkan mutu dan kualitas pendidikan yang lebih baik.
Mengawali diskusi, Prof. Dede Rosyada, M.A., Guru Besar FITK UIN Syarif Hidayatullah yang sekaligus pembicara kunci memaparkan aspek pendidikan secara general. Ia menyampaikan bahwa pendidikan agama Islam dipayungi oleh PP No. 55 Tahun 2007. Berdasarkan PP tersebut, Agama menapasi implementasi ilmu pengetahuan. Dengan demikian produk-produk pengetahuan harus bernapaskan agama, seperti kebijakan, profesi, dsb. Namun tantangannya di masa ini adalah bagaimana PAI dapat diterima oleh masyarakat dan menciptakan sarjana yang kreatif sehingga mampu bekerja sama, berkolaborasi dengan institusi lain, dengan bangsa lain dari berbagai generasi.
Diskusi berlanjut kepada pembicangan mengenai C-NAR dari Prof. Dr. Hj. Sri Sumarni, M.Pd., Dekan FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada kesempatan ini, ia menuturkan keberhasilan program PPG yang kelulusannya mencapai 99% dengan input peserta yang sangan variatif, dari segi usia, kapasitas, pengalaman, keterampilan IT dengan latar belakang yang sangat heterogen. Keberagaman peserta PPG ini membutuhkan kreativitas, inovasi, tenaga dosen yang sabar dan humanis, serta walimahasiswa yang siap membantu peserta, sehingga proses PPG bisa berhasil dengan tingkat kelulusan yang tinggi.
Terkait dengan C-NAR, Prof. Sri Sumarni, M.Pd melihat banyak kesamaan dengan PTK yang memiliki tahapan-tahapan, seperti design/planning (perencanaan), implementation/action (pelaksanaan), observasi, dan refleksi. Unsur terpenting dalam C-NAR ini adalah refleksi yang mengisyaratkan adanya pengalaman dan pengetahuan baru yang dirasakan atau dipelajari oleh peserta PPG. Jika tidak ada pengetahuan dan pengalaman baru maka tidak ada pembanding, sehingga tidak ada kesan atau pembelajaran yang didaptkan oleh peserta PPG. Salah satu yang dilakukan Lembaga yang dinaungi oleh Ibu Dekan FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini adalah mengundang ahli dari Pusdatin dan memberikan pelatihan terkait pembuatan video pembelajaran, penyuntingan video sebagai penunjang sarana pembelajaran. Ini bisa menjadi pengalaman dan pengetahuan baru untuk peserta PPG sehingga bisa menjadi bahan refleksi.
Senada dengan pernyataan di atas, Woro Sri Hastuti, M.Pd. menyatakan bahwa konsep C-NAR ditemukan Ketika pelatihan kepada para guru dan DPL PPG yang diselenggarakan bekerja sama antara Tanoto Foundation dengan 4 LPTK mitra, yaitu UNY, UNESA, UPI dan UNIMED. Konsep C-NAR ini bermula dari sebuah ide bahwa mahasiswa, guru pamong, dan dosen melakukan penelitian tindakan kelas untuk melakukan perbaikan secara terus menerus secara kolaboratif. Bagaimana C-NAR dilakukan? Pertama, dosen mendesain terlebih dahulu tindakan pendampingan terhadap mahasiswa. Setelah itu guru pamong bersama dosen melakukan pendampingan sesuai rencana dan melakukan serta mencatat hasil observasi. Setelah itu, melakukan refleksi dan perencanaan untuk siklus selanjutnya. C-NAR menginisiasi adanya inovasi pola pendampingan, di UNY disebut reflective based teaching. Setiap kelompok membuat pola pendampingan sendiri sesuai dengan karakter kelompoknya siapa. Hal ini akan membuat setiap kelompok bimbingan melakukan pengembangan, inovasi, dan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan karakter kelompok sehingga perbaikan dalam pembelajaran bisa terarah.
Pemaparan beralih kepada pembahas, yaitu Dr. Bahrissalim, M.Ag. Ia menyampaikan bahwa dalam pelaksanaan PPG dalam jabatan, sebagaimana yang dilaksankan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan adanya kemitraan yang kuat antara LPTK, sekolah atau madrasah dan Kemenag atau Kemendikbud. Bentuk kerja sama ini mesti sampai pada pembinaan artinya LPTK bekerja sama secara kolaboratif dengan pihak sekolah atau madrasah dalam rangka memajukan kualitas pembelajaran sekolah. Dengan demikian, sekolah menjadi tempat terbaik bagi mahasiswa untuk praktik mengajar. Selain itu, terkait denga C-NAR ada tiga hal yang perlu jadi perharian, yaitu perlunya integrasi antara teori dan praktik sehingga PPG bisa dilaksanakan berdasarkan pola school-based. Kemudian, perlunya sinergi antara dosen pembimbing lampangan (DPL) dengan guru pamong sehingga kerja penelitian kolaboratif bisa terwujud. Terakhir, desain PPL harus menumbuhkan budaya continuous quality improvement, artinya pelaksanaan PPL ini memicu perbaikan pembelajaran di sekolah dari waktu ke waktu.(Kh)