Muslikh Amrullah: AI Sangat Bermanfaat, Namun Tidak Bisa Menggantikan Keahlian dan Kreativitas Manusia!
Muslikh Amrullah: AI Sangat Bermanfaat, Namun Tidak Bisa Menggantikan Keahlian dan Kreativitas Manusia!

BERITA FITK Online– Kecerdasan Buatan, artificial intelligence (AI) semakin terintegrasi dalam berbagai sektor, termasuk jurnalistik. Peran yang semakin berkembang dari AI dalam jurnalistik telah memicu perdebatan tentang dampaknya terhadap masa depan industri ini. Pertanyaan utamanya seringkali adalah apakah AI merupakan ancaman atau peluang bagi para jurnalis?

Untuk mengurai isu yang sedang hangat dibicarakan banyak kalangan tersebut, Departemen Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta menyelenggarakan Webinar pada Minggu (28/5/23) dengan tajuk “AI dalam Jurnalistik: Ancaman atau Tantangan?”.

Departemen Kominfo menghadirkan narasumber yang cukup lama berkecimpung di bidang jurnalistik kampus, Muslikh Amrullah, M.Pd.  Kang Muslikh sapaan akrabnya telah lama dikenal sivitas akademika FITK UIN Jakarta sebagai pengelola website dan penulis berita kegiatan fakultas, baik kegiatan program studi mau pun kegiatan yang diselenggarakan organisasi mahasiswa intra kampus (OMIK).

Pria kelahiran Indramayu, Jawa Barat itu menyampaikan perlu kehati-hatian yang serius dengan merebaknya penggunaan AI tersebut. Menurutnya, AI baik digunakan bagi orang yang sudah memiliki kompetensi di bidang tertentu, tapi tidak direkomendasikan bagi sebaliknya.

“Contoh dalam kasus chatGPT, AI bisa mengubah cara kerja redaksi dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Menggunakan chatGPT dalam penulisan naskah tertentu sangat membantu penulis, apalagi perintah yang penulis minta jelas dan detail. Jadi, sangat membantu produktivitas penulis,” terangnya.

Menurut Muslikh, ada sejumlah manfaat penggunaan AI dalam jurnalistik, di antaranya dapat digunakan untuk memonitor media sosial atau situs berita lainnya dan mengidentifikasi topik atau berita yang sedang trend. Selain itu, AI dapat mempelajari preferensi dan perilaku pembaca, dan kemudian menggunakannya untuk menyarankan berita yang paling relevan dengan minat mereka.

Sebaliknya menurut Muslikh, chatGPT dan AI lainnya akan menjadi bahaya jika digunakan oleh orang yang tidak memiliki kompetensi di bidang tertentu.

“Tetapi chatGPT dan AI lainnya akan menjadi bahaya jika digunakan oleh mahasiswa untuk mengerjakan tugas dari dosen dan orang yang tidak memiliki dasar dan kompetensi menulis. Menurut saya bahaya karena AI masih banyak keterbatasan dan tidak bisa membaca konteks yang kita maksud. AI hanya bisa menangkap data yang tersebar,” tambah alumni Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon itu.

Muslikh menambahkan, pada  konteks jurnalistik, dampak AI bisa sangat bergantung pada bagaimana cara penggunaannya. Jika digunakan dengan bijak, ini bisa menjadi alat yang sangat baik untuk melengkapi pekerjaan jurnalis manusia, menambah nilai pada redaksi dengan mengotomatisasi tugas-tugas sepele dan memberikan kemampuan analitik yang kuat. Namun, penting untuk memahami dan mengurangi tantangan yang terkait dengannya, terutama dampak potensial terhadap pemindahan pekerjaan.

Namun lanjut Muslikh, penting untuk diingat bahwa meski ChatGPT dan AI lainnya sangat bermanfaat, mereka tidak dapat menggantikan keahlian, utamanya kreativitas manusia. Jurnalis manusia masih sangat dibutuhkan untuk tugas-tugas yang melibatkan pemahaman konteks yang dalam, penilaian etis, pembuatan narasi yang menarik, dan keterampilan berinteraksi dengan manusia lainnya. (DEMAF)