Naskah Lengkap Motivasi Profesor Abuddin Nata dalam Pengukuhan Guru Profesional
Naskah Lengkap Motivasi Profesor Abuddin Nata dalam Pengukuhan Guru Profesional

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

                Alhamdu lillahi al- ladzi ja’ala al-mudarrisin wasiilatan wa minhaajan li irtifaai martabati al- insaniyati, litanmiyati al-‘ulum, wa al-tsaqafah, wa al-hadharati al-Islamiyah; wa al-shalaatu wa al-salaamu ala rasul Allah wa alaa aalihi wa ashaabihi wa mantabia hudaahu, wa uswatahu wa qudwatahu.

                Puji dan syukur (al-hamdulillah wa al-syukr lillah) dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas karuia-dan hidayah-Nya; shalawat dan salam (allahumma shalli ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammad) disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keuarga dan sahabat, serta para pengikurnya yang setia atau perjuangan, bimbingan dan keteladanannya.

                Selanjutnya Saya ucapkan selamat kepada para tamatan PPG yang hari ini akan dilantik sebagai guru dalam bidang pendidikan agama Islam dan lainnya, dengan doa semoga saudara-saudara sukses dalam melaksanakan tugas mulai meningkatkan dan mengembangkan potensi peserta didik agar mereka mampu membangun dan mengembangkan ilmu, kebudayaan dan peradaban Islam guna mewujudkan rahmatan lil alamin, bahagia hidup di dunia dan akhirat.

               Guna meneguhkan guru profesional untuk pendidikan berkualitas, idzinkan Saya menyampaikan beberapa pemikiran dan saran-saran sebagai berikut.

                Pertama, seorang hendaknya perlu selalu diingat, bahwa di antara komponen pendidikan yang paling menentukan keberhasilan pendidikan, selain komponen lainnya seperti metode belajar mengajar, adalah komponen guru. Sebuah nasihat yang amat populer di kalangan para ustad di Pondok Pesantren dan Madrasah sebuah ungkapan dari tokoh pembaru pendidikan Islam di Indonesia, Mahmud Yunus dan diperkuat oleh koleganya, K.H. Imam Zarkasyi, yaitu al-thariqah ahammu min al-maaddah, wa al-mudarris ahammu min al-thariiqah, wa al-ruuh al-mudarris ahammu min al-mudarris binafsihi: Bahwa metode belajar mengajar lebih utama dari materi pelajaran, dan guru lebih tama dari metode belajar mengajar, dan spririt para guru lebih utama dari guru itu sendiri. Ungkapan ini mengingatkan para guru agar dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki spirit, yakni dorongan dan motivasi yang kuat, yaitu semangat pengabdian yang tulus dan sungguh-sungguh yang didasarkan atas niat karena Allah SWT untuk kemajuan ilmu, kebudayaan dan peradaban Islam guna mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Dengan demikian, tugas sebagai guru harus jadi panggilan jiwa, fashion, tumbuh dari keinginan sendiri, bukan paksaaan atau bukan karena tidak ada pekerjaan yang lain. Selain itu, agar ia dapat menjadi guru profesional yang dapat melahirkan lulusan pendidikan yang berkualitas, maka guru itu harus menjadi guru profesional yang berkualitas yang ditandai oleh penguasaan terhadap empat kompetensi guru profesional, yakni kompetensi akademik, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial di atas standar minimal. Hal ini dapat dilakukan dengan terus belajar, melakukan kajian dan penelitian. Imam al-Ghazali berkata bahwa seorang guru yang tidak mau lagi belajar, maka sebaiknya ia tidak melanjutkan tugas keguruannya.

                Kedua, bahwa sebagai guru muslim yang berpegang teguh pada ajaran Islam, sesungguhnya harus memiliki komitmen lahirkan lulusan pendidikan yang berkualitas, karena ajaran Islam memiliki sejumlah komponen yang berkualitas. Yakni Allah SWT (Maha Suci dan Maha Tinggi), Kitab Suci al-Qur’an yang lengkap, sempurna, komprehensif, integrated dan berkualitas tinggi, nabi Muhammad SAW sebagai pembawanya juga berkualitas, bergelar al-Amin, Fathonah dan bagian dari Ulul Azmi yang memiliki kualitas yang tinggi.

                Ketiga, seorang guru hendaknya perlu mengaitkan tugas yang dilaksanakan sebagai bagian dari upaya menyukseskan agenda Pemerintah dalam bidang pendidikan sesuai amanat Undang-undang Dasar 1945, yakni memberikan akses yang lebih luas kepada seluruh rakyat Indonesia agar memperoleh pendidikan; peningkatan mutu pendidikan, dan meningkatan daya saing pendidikan, baik pada tingkat lokal, nasional, dan internasional. Untuk mewujudkan agenda pendidikan, maka tugas guru adalah tugas mulia, sama dengan tugas kepahlawanan, sehingga muncul istilah, guru adalah pahlawan tanpa jasa. Sebagai pahlawan guru tidak boleh menyerah dalam menghadapi berbagai keadaan dalam melaksanakan tugasnya.

                Keempat, seorang guru perlu mengikuti terus perkembangan dan inovasi pendidikan yang tengah terjadi baik di dalam maupun luar negeri. Dalam rangka melaksanakan agenda pendidikan nasional sebagaimana tersebut di atas, yakni pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu dan daya saing, kini tengah dilakukan inovasi, dan pembaharuan perangkat hukum dan aturan penyelenggaraan pendidikan. Di antaranya inovasi dan pengembangan tugas guru agar tampil sebagai guru penggerak, yaitu guru yang berani melakukan inovasi sesuai tuntutan zaman; berani keluar dari kebiasaan lama (out of the box), tidak monoton (not as usual), dan membuat terobosan-terobosan baru (extra ordinary); guru di masa sekarang jangan seperti masinis, tapi harus seperti nakhoda. Seorang masinis akan menghentikan kretanya ketika ada halangan di depannya; sedangkan seoran nakhoda, akan terus menjalankan kapalnya dengan mengambil jalur lain ketika di hadapannya ada halangan. Seorang guru di masa sekarang harus mampu mendisain pembelajaran yang inovatif dan konstruktif, mampu melibatkan para siswa dalam memahami, menghayati dan mempraktekan ilmu yang diajarkannya untuk memecahkan masalah keseharian, melalui model pembelajaran tematik, dengan memilih topik yang essensial.

                Kelima, guru di masa sekarang, selain harus menguasai bahan ajar yang terus dikembangkan melalui kajian dan riset, serta kepribadian yang utama dan kemampuan membangun hubungan sosial yang akrab  dan komunikatif, juga harus menguasai model-model pembelajaran yang efektif, inovatif dan lainnya. Imam al-Ghazali berpesan, bahwa selain memiliki sifat kebapakan dan keibuan yang memberikan cinta dan kasih sayang, seorang guru juga harus seperti seorang dokter menghadapi pasiennya. Ia harus tahu keadaan penyakit yang diderita pasiennya, dan mengupayakan cara penyembuhannya yang efektif. Untuk itu, seorang guru hendaknya jangan memandang mengajar sebagai pekerjaan rutin, tetapi pekerjaan yang di dalamnya selalu ada inovasi dan kreativitas sesuai dengan permasalahan yang terdapat pada siswanya, atau pasiennya. Untuk itu upaya inovasi, kreatifitas agar terus dilakukan.

         Keenam, guru di masa sekarang harus menjadi bagian dari masyarakat digital (digital sitizenship), yaitu guru yang mampu mengambil manfaat dan berkah dari kehadiran teknogi digital gunaa meningkatkan dan memperluas jangkauan sasaran tugasnya. Guru juga harus tahu tentang karaaktek IT yang paradoksal,  yang menurut Rahma Sugihartati dalam Paradoks Mayarakat Digital (Kompas, Rabu, 22 Juni, 2022:6), yakni di samping membawa nilai dan manfaat kebaikan, IT juga membawa dampak keburukan; guru harus menggunakan kaidah jalb al-mashalih wa dar al- mafaasid (mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk). Untuk itu guru harus dapat membuat guidance (pedoman) dalam memanfaatkan IT secara arif dan bijaksana.

         Ketujuh, seiring dengan semakin beratnya tugas guru di masa sekarang dan yang akan datang, maka para guru juga harus meminta kepada Kepala Sekolah, Pengawas atau yang berwenang lainnya untuk memperole pembinaan dan pengembangan melalui program supervisi yang terencana dengan baik, tepat sasaran dan berkelanjutan. Berbagai model, pendekatan, dan metode supervisi perlu diberlakukan dalam membina dan mengembangkan profesionalisme guru guna meningkatkan mutu pendidikan.

         Kedelapan, bahwa dewasa ini sebagaimana dikemukakaan penelitian PPIM UIN Jakarta dijumpai adanya penyimpangan penggunaan agama Islam untuk tujuan-tujuan yang mendukung gerakan Islam ekstrim dan radikal yang bertentangan tujuan agama dan Negara Kesatuan Republik Indonesia  (NKRI) yakni mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dalam suasana yang aman, damai dan sejahtera, atau mewujudkan rahmat bagi seluruh alam (Q.S. al-Ambiya, 21:107). Hal ini dibutuhkan adanya paham Islam wasathiyah, yang dalam buku Azyumardi Azra, Relevansi Islam Wasathiyah (2020:X) yang terdiri dari tawasuth (tengah), tawazun (seimbang), ‘itidal (adil), tasamuh (toleran), ishlah (reformis), ta’awun (tolong menolong), syura/musyawarah (konsultasi), muwathanah (cinta Tanah Air), musawa (setara) dan qudwah (teladan).

         Kesembilan, bahwa di tengah-tengah melakukan  berbagai macam inovasi, modernisasi dan kreatifitas lainnya, sorang guru  tidak boleh mengabaikan tentang sesuatu yang tidak boleh hilang dari pendidikan. Komaruddin Hidayah dalam artikelnya, “Yang Tidak Berubah di Pendidikan”, “Kompas, Sabtu, 2 November 2019:6) mengemukakan, bahwa yang tidak boleh hilang atau berubah  di pendidikan itu adalah sentuhan kasih sayang, kemerdekaan berekspresi, suasana gembira, pembentukan karakter, penanaman nilai-nilai spiritual, berpikir kritis, kreatif dan inovatif,  dan kecerdasan sosial.

         Inilah di antara hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka meneguhkan peran dan fungsinya sebagai guru profesional untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas sebagai indikator kesuksesan dalam menjalaknkan tugasnya. Mudah-mudahan Allah SWT memberkahi usaha kita bersama. Amin. (MusAm)

Wassalamualaikum Wr. Wb.