TIGA-TIGA MUTIARA DARI HADIS RASULULLAH (2) Lapangkanlah Rumahmu!!!
TIGA-TIGA MUTIARA DARI HADIS RASULULLAH (2) Lapangkanlah Rumahmu!!!

Ahmad Thib Raya Guru Besar UIN Jakarta Ada tiga pesan penting Rasulullah yang perlu diingat dan diamalkan oleh umat Nabi Muhammad saw. Sebab amal-amal itu dapat menyelamatkan manusia, yaitu: 1) jagalah lidahmu, 2) lapangkanlah rumahmu, dan 3) tangisilah kesalahanmu. Perintah Rasulullah yang pertama: “Jagalah lidahmu” telah diuraikan kemarin. Hari ini akan diuraikan mengenai pesan Rasulullah: “Lapangkan rumahmu.” Ungkapan “Lapangkanlah rumahmu” (وليسعك بيتك) merupakan ungkapan metaforis. Kata البيت (al-bayt-u) yang digunakan dalam bahasa Arab mengandung dua makna, yaitu 1) rumah dalam bentuk fisik, dan 2) rumah dalam bentuk nonfisik. Rumah dalam pengertian pertama adalah rumah dalam bentuk fisik, yaitu rumah yang tampak di mata kita yang terdiri atas bangunan-bangunan, yang tersusun dari batu, batu bata, semen, kayu, besi, dll. Rumah dalam pengertian menjadi tempat tinggal, tempat menginap, tempat untuk beristirahat, dan tempat hidup sebuah keluarga. Rumah dalam pengertian kedua ialah rumah tangga, yang di dalamnya hidup dan tinggal sebuah keluarga, yang terdiri atas suami dan isteri serta anak-anak. Rumah tangga itu menjadi tempat untuk membina keluarga dan anggota-anggotanya untuk menanamkan nilai-nilai moral, dan nilai-nilai akhlak yang mulia bagi semua anggota keluarganya. Saya yakin bahwa yang dimaksud oleh Rasulullah dalam pesannya itu, bukanlah rumah dalam bentuk fisik, tetapi rumah dalam bentuk rumah tangga sebagai tempat pembinaan keluarga dan anggota-anggotanya, agar anggota keluarganya itu kelak menjadi permata-permata bagi keluarga. Pengertian ini diambil didasarkan pada penggunaan kata “Lapangkanlah” (وليسعك) oleh Rasulullah. Rumah yang telah dimiliki oleh seseorang dalam bentuk fisik tidak mungkin dilapangkan, dan diluaskan. Sebab, rumah yang telah dibangun itu adalah sebuah bangunan yang sudah permanen yang tidak mungkin dapat dilapangkan lagi. Kalau begitu, apa yang dimaksud oleh Rasulullah dalam pesannya itu “Lapangkanlah rumahmu untuk dirimu”? Karena ungkapan itu merupakan ungkapan metaforis (majazi) harus dimaknai dalam pengertian yang realistik. Yang dimaksud oleh Rasulullah dalam pesannya itu adalah “Stabilkan rumah tanggamu,” “Tetapkanlah rumah tanggamu,” dan “Buatlah rumah tanggamu rumah tangga yang tenang, sakinah.” Ungkapan ini sama dengan ungkapan yang berbunyi: “Lapangkan dadamu.” Secara realita kita tidak mungkin melapangkan dada kita. Tetapi, yang dimaksud adalah “Sabarlah dalam menghadapi semua ujian dan cobaan.” Mengapa Rasulullah berpesan demikian? Kita tahu bahwa rumah tangga adalah tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Rumah tangga adalah tempat pembinaan keluarga, tempat membina anak-anak dan menjadi tempat pendidikan pertama bagi anak-anak. Orang tua di dalam rumah tangga memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan fisik dan pendidikan anak-anaknya. Kalau engkau mau aman, dan selamat, maka tenangkanlah dan stabilkanlah rumah tanggamu dan keluargamu. Dengan begitu, engkau dapat melaksanakan tugasmu membina anak-anakmu dan anggota keluargamu dengan pendidikan yang baik dan akhlak yang mulia. Anak-anakmu kelak menjadi generasi yang menggantikanmu di masanya nanti. Semua keluarga berharap agar anak-anak dari setiap keluarga menjadi generasi yang hebat, dan menjadi qurrata “ayn (permata hati), tidak hanya bagi kedua orang tua, tetapi juga oleh keluarga dan masyarakat. Kehebatan anakmu nanti tergantung dari kehebatanmu dalam membina mereka sekarang. Ingatlah pesan Rasulullah: بيتي جنتي (baytiy jannatiy). Artinya: Rumahku adalah surgaku. Jadikanlah rumahmu surga bagimu, surga begi suamimu, surga bagi isterimu, surga bagi anakmu, surga bagi anak-anakmu, dan surga bagi keluargamu. Rumah yang menjadi surga adalah rumah yang di dalamnya hidup suatu keluarga yang sakinah (tenang dan damai) yang penuh dengan cinta, kasih, dan sayang di antara mereka. Jangan menjadikan rumah tanggamu neraka bagi suamimu, neraka bagi isterimu, neraka bagi anakmu, neraka bagi anak-anakmu, dan neraka bagi keluargamu. Semoga kita mampu menstabilkan dan mengamankan rumah tangga kita agar kita aman dan kita mampu menciptakan rumah tangga yang menjadi surga, bukan rumah tangga yang menjadi neraka. Aamiin. Walaahu a’lam bi al-shawaab. Jakarta-Matraman, Senen pagi, tanggal 23 Januari 2017.