Workshop Stand Up Comedy: Merinci Pengalaman Spiritual dan Refleksi dengan Humor
Workshop Stand Up Comedy: Merinci Pengalaman Spiritual dan Refleksi dengan Humor

Tidak hanya memperkenalkan mengenai sastra tulis, Ruang Tamu PKN juga membicarakan mengenai sastra lisan yang dikaitkan dengan humor. Oleh karena itu, dilaksanakan Workshop Stand Up Comedy dengan tema "Merinci Pengalaman Spiritual dan Refleksi dengan Humor" yang digelar pada Rabu (25/10/23) di Teater Prof. Mahmud Yunus FITK. Sebelum pada inti acara, para dosen PBSI yang menjadi tuan rumah Ruang Tamu PKN, melakukan stand up comedy di depan peserta yang terdiri dari mahasiswa dari PBSI dan dari luar PBSI. Mereka saling melontarkan humor yang mengundang gelak tawa peserta.

Dr. Ahmad Bahtiar, M.Hum, Ketua Prodi PBSI, mengungkapkan bahwa rangkaian acara Ruang Tamu PKN begitu banyak ragamnya, salah satunya membicarakan bagaimana Islam yang bisa direfleksikan ke dalam humor.

"Alhamdulillah hari ini kita memasuki hari keenam PKN dan hari ini kita akan melaksanakan kegiatan dari rangkaian kegiatan Ruang Tamu PKN. Kita akan membicarakan bagaimana Islam bisa direfleksikan ke humor. Dengan sastra dan dengan humor, kita bisa melakukan kritik tentang apa pun," ucap Abah, sapaan akrabnya. 

Narasumber yang dihadirkan dalam workshop ialah Sakdiyah Ma'ruf. Ia banyak menceritakan pengalaman spiritualnya sebagai orang keturunan Arab yang direfleksikan ke dalam humornya. Mulai dari diulik bagaimana proses hingga sampai berhijab hingga sering diminta mendoakan orang hamil ketika bertemu di kereta dengan label bahwa orang keturunan Arab doanya akan cepat terkabul. Ia kemas pengalaman-pengalaman spiritualnya itu dengan humor yang mengundang gelak tawa peserta. 

Perempuan yang akrab disapa Mbak Diyah itu melalui humor-humornya yang membahas seputar Islam untuk mengatasi ekstremisme Islam di Indonesia, pernah masuk ke dalam jajaran 100 perempuan berpengaruh versi BBC pada tahun 2018. Komika yang pernah berkunjung ke acara Melbourne International Comedy Festival (MICF) itu mengungkapkan bahwa Islam dan humor tidak bertolak belakang. Ia menceritakan beberapa sufi yang kaya akan humor, seperti Nasruddin Hoja, Abu Nawas, dan Juha. Sakdiyah membagikan kisah mengenai Abu Nawas mengenai kematian. Menurutnya, Abu Nawas tetap pada kondisi seorang hamba yang takut pada Tuhan walaupun dalam kemasan humor. 

"Ada kisah Abu Nawas yang mempersiapkan kematiannya. Kata Abu Nawas 'istriku, jika saya mati, saya dikuburkan dengan kain kafan yang paling buruk saja. Siapa tau saya lolos dari pertanyaan malaikat karena bisa saja saya diduga sudah meninggal 100 tahun yang lalu," terang Sakdiyah diiringi gelak tawa dari peserta.

Komika Indonesia yang juga kritis terhadap isu perempuan itu mengungkapkan bahwa mahasiswa PBSI sejatinya sudah siap menjadi komedian karena sudah mempunyai perangkat humor seperti majas dan lainnya.

Tag :