
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta kembali menggelar program rutin bulanan yaitu diskusi dosen Seri ke 8 secara virtual Nasional, Selasa (27/8/2020).Diskusi dibuka oleh Dekan FITK Dr. Sururin, M.Ag dan setidaknya diikuti oleh 314 peserta lebih. Mereka adalah para dosen, mahasiswa dan praktisi pendidikan di seluruh nusantara.
Diskusi digelar dalam 2 sesi serta menghadirkan Prof. Dr.Suyitno, M. Ag (Direktur PTKI Ditjen Pendis Kemenag RI sebagai pembicara kunci. Sesi pertama mengusung teman “Literasi Agama dalam Pendidikan: Konstruk Konstruktivisme dalam Pembelajaran Abad 21” dengan menghadirkan narasumber Muhammad Zuhdi, Ph.D dan pembahas Prof. Dr. Dede Rosyada, MA serta dimoderatori oleh Dr. Jakiatin Nisa, M.Pd. Sementara itu, sesi kedua mengusung tema “
Assesmen Kompetensi Minimum (AKM), Pengganti UN, Bagaimana Peran FITK?” dengan menghadirkan narasumber Tati Lathipatud Durriyah, Ph.D. dan pembahas Dr. Fidrayani, M.Pd., M.Psi, dengan dimoderatorioleh N. Lala Alawiyah, MA.
Dekan FITK Sururin dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan guru besar FITK yang hingga kini tetap mensuport dan bersemangat untuk mengikuti kegiatan rutin bulanan dosen. Selainitu, ia juga berharap UIN Jakarta sebagai LPTK dapat memberikan solusi berupa pemikiran tentang permasalahn pendidikan.
“Saya berharap, UIN Jakarta dapat memberikan inspirasi yang solutif dalam permasalahan pendidikan baik di Indonesia maupun dunia”.
Sementaraitu, sejalan dengan Sururin, Suyitno dalam pemaparannya menjelaskan bahwa sesungguhnya kesempatan merdeka belajar sudah dibuka sejak lama namun kita sebagai LPTK belum menyadarinya. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa
Assesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang akan diberlakukan di Indonesia memiliki beberapa problem terutama pada persoalan literasi. Sebagai contoh di jenjang pendidikan dasar harus diakui bahwa anak-anak madrasah literasi membacanya masih sangat rendah. Faktor dari permasalahan ini tidak tunggal, di antaranya adalah faktor yang datang dari guru dan siswa. Oleh karena itu, solusi yang dapat diterapkan adalah dengan melaksanakan program reformasi LPTK. Program ini akan berhasil jika LPTK pada proses rekrutmen mahasiswa sebagai calon guru dengan mengutamakan prioritas akademik dan rekrutmen guru di sekolah juga menggunakan seleksi yang ketat.
Sementara itu, Muhammad Zuhdi memaparkan bahwa literasi agama itu penting untuk membantu kita memahami hubungan agama dengan pranata sosial. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa agama akan terus menjadi bagian penting dari kehidupan manusia. Dan pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang kritis dan kreatif, majemuk dan terbuka. Oleh karena itu, pendidikan agama perlu diarahkan pada literasi agama melalui pendekatan konstruktivisme.
Pada kesempatan yang sama, Dede Rosyada menjelaskan bahwa tantangan guru PAI di abad 21 adalah bertanggung jawab untuk menyiapkan para siswanya memasuki fase 4.0, bukan hanya mengadaptasi materi PAI pada kebutuhan sikap dan pandangan keagamaan terhadap profesi yang kian terbuka, tetapi PAI juga harus melatih para siswa untuk menjadi anak dengan 4C’s
competences melalui pembelajaran agama.
Masih dalam forum yang sama, Tati memaparkan bahwa ditingkat pendidikan dasar literasi baca bersifat implisit dalam tematik, di kurikulum 2013 tidak terlihat peran sentral teks dalam pembelajaran literasi. Pada pendidikan tingkat menengah bahwa disain literasi terintegrasi ke mata pelajaran namun tidak tidak ada koherensi dalam susunan rangkaiankompetensipembelajaran di k13.Lebihlanjutiamemaparkanbahwakompetensi di kurikulum 2013 bersifatpernyataanumumtentangketerampilanliterasidantidakmengidentifikasidanmensistematisasikanbagaimanaketerampilantersebutakantercoverdalamkurikulumditiaptingkatan.
Sementara itu Fidrayanimemaparkanbahwaperan FITK dalammenyongsong AKM adalahmemaluipenguatanliterasi/numerasipondasimatakuliah. Selainitu, perlubukuataurujukankhusus yang wajibdikuasaisesuaidenganmatakuliah, dankontinuitas program yang mendukungliterasi.