HMPS MP Adakan Webinar Internasional sebagai Pembuka ME FAIR 4.0 2023
HMPS MP Adakan Webinar Internasional sebagai Pembuka ME FAIR 4.0 2023

Gedung PPG, BERITA FITK Online- Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta mengadakan Webinar Internasional dengan tema Optimizing the role of young generation to form a characterized and intellect generation in the world of education. Kegiatan tersebut rangkaian kegiatan Management Education Fair 4.0 (ME FAIR).

Selain webinar internasional, ME FAIR 4.0 juga mengadakan perlombaan yang terdiri dari lima cabang lomba di antaranya badminton, make up, debat, essay dan futsal. Webinar internasional yang diadakan pada 2 Maret 2023 ini menghadirkan pemateri dari berbagai negara seperti Indonesia, Singapura dan Turki.

Ketua ME FAIR 4.0, Muhammad Fadliansyah, dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih atas segenap bantuan dari berbagai pihak yang berkontribusi untuk kelancaran acara ini serta meminta maaf atas kekurangan.

Adrian Aulia Rasyid selaku ketua HMPS Manajemen Pendidikan dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih dan berharap semoga acara ini bermanfaat serta memberikan insight kepada semua orang.

“For your information, ME FAIR adalah kegiatan yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun oleh program studi Manajemen Pendidikan dan dibuka dengan webinar internasional. Selain itu, ada 5 macam lomba yang diselenggarakan” terangnya.

Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, Drs. Muarif SAM, berkesempatan memberikan sambutan dalam webinar ini di mana beliau menyampaikan bahwa prodi MP bertujuan mencetak lulusan sebagai calon tenaga kependidikan bukan pendidik.

”Webinar ini bermula dari bincang dengan pengurus HMPS mengenai keprihatinan dunia pendidikan Indonesia karena sampai saat ini tenaga kependidikan masih terabaikan dan pemerintah lebih memperhatikan guru atau pendidik,” jelas Muarif.

Muarif berharap, webinar internasional ini mampu menghasilkan rekomendasi dari para pemangku kebijakan agar tenaga kependidikan juga mendapat perhatian

Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan FITK menyambut baik webinar ini. Dekan Sururin juga menyampaikan proses pendidikan bukan hanya di manage secara profesional melainkan juga melayani dengan sepenuh hati dengan demikian maka akan lebih berkesan dan berkarakter.

Kegiatan webinar internasional dipandu oleh moderator, Widyawati Fernanda, yang  merupakan mahasiswa aktif prodi MP. Pemaparan materi yang pertama disampaikan oleh Igak Satrya Wibawa, Ph.D selaku kedutaan Indonesia di Singapura.

“Sistem yang membedakan antara pendidikan di Singapura dengan indonesia adalah di Singapura mereka diajarkan moral, bukan agama. Ketika anak masuk sekolah dasar, mereka diberikan pilihan untuk memilih salah satu dari bahasa ibu yaitu tamil, malay dan china. Warga Singapura dilarang masuk sekolah internasional karena semua sekolah di sana adalah sekolah yang bagus,” ucap Igak Satrya Wibawa.

Selain itu sambungnya, literasi di Singapura sangat penting dan itu menjadi problem di Indonesia.

“Orang Singapura itu rajin membaca sehingga literasinya tinggi. Jumlah mahasiswa dari luar yang bisa belajar di Singapura juga dibatasi karena apa? karena mereka ingin mengutamakan warga negaranya. Di Singapura mereka menerapkan triple helix, bekerja sama memajukan pendidikan. Digital transformation isn't about technology at all, it’s about people,” pungkasnya.

Materi berikutnya disampaikan oleh Dr. Jejen Musfah. Ia mengatakan bahwa indonesia tidak punya standar rekrutmen dan penempatan. Fakultas pendidikan seharusnya mempunyai lab school. Wasekjend PB PGRI itu juga memaparkan beberapa masalah pada pendidik di Indonesia salah satunya adalah perihal standar.

“Standar masih menjadi masalah di Indonesia  karena kalau prosesnya tidak standar maka outputnya pun tidak standar. Ditegaskan pula bahwa guru honorer direkrut tanpa standar yang jelas oleh karenanya guru honorer dipertanyakan bukan hanya komitmen, tapi juga kapasitas dan kompetensinya yang problematik,” terang mantan Kaprodi Magister MPI itu.

Nazihah, S.Pd selaku mahasiswa dari Turki turut berkesempatan membagikan pengalamannya mengenai sistem pendidikan Turki dan pemberdayaan pendidik serta tenaga kependidikan Turki. Menurut pemaparan Nazihah, pendidik di Turki memiliki reputasi yang bagus serta peminat yang tinggi.

“Kasus salah jurusan di Turki tidak sebanyak di Indonesia karena mereka sudah memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya sejak SMP sampai SMA. Pendidikan di Turki juga mampu menghasilkan katakanlah anak muda yang berpikir logis dan komprehensif karena sejak SMA mereka sudah belajar filsafat dan logika,” terangnya. (Aditia Anggit/ MusAm)