Ikhtiar Memperbaiki Mutu Magister FITK
Sejarah Singkat
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pertama kali membuka Program Studi (Prodi) Magister adalah Magister Pendidikan Bahasa Inggris (MPBI) pada tahun 2010, kemudian tahun 2011 dibuka Prodi Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) dan Magister Pendidikan Bahasa Arab (MPBA). Kemudian pada tahun 2016 dibuka Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam (MMPI).
Dalam perjalanannya, Prodi Magister FITK sudah beberapa kali terjadi perubahan struktur pengelola Prodi, awal mulanya pengelola program magister dikelola oleh beberapa relawan yang dikoordinatori oleh Dr. Nida Husna, M.Pd., M.A., TESOL., kemudian sempat diambil alih oleh dekanat. Setelah itu dipimpin oleh seorang ketua program dan seorang sekretaris program, kini dipimpin oleh empat ketua program studi dan satu staf pengadministrasi: Dr. Fahriany, M.Pd. sebagai Kaprodi Magister PBI, Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag. sebagai Kaprodi Magister PAI, Dr. H. Muhbib Abdul Wahab, M.Ag. sebagai Kaprodi Magister PBA, Dr. Jejen Musfah, M.A. sebagai Kaprodi Magister MPI, dan Muslikh Amrullah sebagai tenaga pengadministrasi.
Dari awal didirikannya, Prodi Magister FITK membuka kelas reguler dan beberapa kali bermitra dengan pihak terkait untuk menyelenggarakan program beasiswa full selama dua tahun atau empat semester. Pertama pada tahun 2011 Magister PAI bekerja sama dengan Kemenag untuk membuka program beasiswa, selanjutnya pada tahun 2016, lembaga Dompet Dhuafa melalui program Sekolah Guru Indonesia (SGI) menjalin kerja sama dengan Prodi Magister MPI untuk membuka program beasiswa guru berprestasi, dan pada tahun 2017 Prodi Magister MPI kembali diberi kepercayaan kali ini oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama RI untuk membuka program beasiswa bagi guru madrasah dan calon pengawas di lingkungan Kemenag.
Jika dibandingkan, kelas program kerja sama atau beasiswa dengan program kelas reguler, pengelola, terutama Kaprodi MPI menilai dari segi perkuliahan, ketekunan, keseriusan, dan semangat mahasiswa dalam belajar, mahasiswa program beasiswa lebih unggul jika dibandingkan dengan kelas reguler, baik dalam proses perkuliahan maupun penyelesaian tugas akhir (tesis). Sebagian dosen menyampaikan, mahasiswa program beasiswa setiap perkuliahan hampir 100% kehadirannya, sebagian besar aktif saat diskusi di kelas, mereka terlihat menguasai materi dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas serta nilainya bagus. Sebaliknya yang terjadi pada kelas reguler. Memang tidak bisa dinilai secara menyeluruh, tidak sedikit juga mahasiswa kelas reguler yang berprestasi dan lulus tepat waktu, meskipun jumlahnya masih sedikit.
Faktor Penyebab
Mahasiswa Program beasiswa dituntut fokus kuliah, tidak dibolehkan mereka mencari pekerjaan sampingan lain karena mereka berstatus tugas belajar. Mahasiswa program beasiswa juga diharuskan selesai tepat waktu yakni empat semester atau dua tahun. Jika tidak, maka semester berikutnya harus membayar biaya kuliah sendiri. Selain itu, waktu perkuliahan kelas beasiswa dilangsungkan di pagi hari sampai sore (jam kantor), waktu yang sangat ideal dilangsungkannya proses perkuliahan; dosen dan mahasiswa dalam kondisi fit dan siap melakukan proses belajar mengajar.
Berbeda dengan kelas reguler, yang sebagian besar mahasiswanya adalah guru dan pekerja. Tidak jarang mereka telat datang ketika perkuliahan sudah dimulai, bahkan sering terjdi jumlah yang masuk kuliah kurang dari 70% dari jumlah keseluruhan kelas karena kebanyakan dari mereka adalah orang sibuk, sebagai guru dan pekerja yang sudah beraktivitas dari pagi, maka dalam mengikuti perkuliahan pun, mereka menggunakan tenaga sisa dan dalam kondisi yang sudah cukup lelah termasuk juga semangat para dosen yang cenderung menurun dibanding mengajar pagi-sore hari, penyebabnya mulai dari sisa-sisa tenaga dan juga mengajar di luar jam kerja tidak dibayar (sistem remunerasi). Bahkan pernah terjadi, saat mahasiswa bimbingan menyerahkan surat tugas bimbingan kepada dosen pembimbing, dan dosen pembimbing menentukan waktu untuk proses bimbingan, dengan entengnya mahasiswa bilang, "maaf Pak, di hari itu saya tidak bisa ke kampus karena masih bekerja dan tidak dapat izin dari tempat kerja".
Sebenarnya pengelola pernah mencoba memberanikan untuk membuka kelas reguler di pagi-siang hari, tetapi peminatnya sangat sedikit dibanding membuka kelas pada sore-malam hari. Faktornya, selain pangsa pasar magister FITK adalah guru dan pekerja, ditambah semakin banyaknya kampus-kampus swasta yang juga membuka program magister di malam hari dan akhir pekan dengan biaya relatif lebih murah.
Solusi
Solusi dari permasalahan di atas adalah:
Pertama, pemerintah dalam hal ini kementerian terkait seperti Kemenag, Kemristekdikti, Kemenpora dan lain-lain harus lebih banyak menjalin kerja sama dengan kampus-kampus untuk membuka program beasiswa full yang diserahkan langsung pengelolaannya kepada kampus penyelenggara, dari proses seleksi sampai proses pengumuman kelulusannya, sepanjang kampus tersebut mengelola dan menyelenggarakan dengan cara profesional dan akuntabel. Dengan semakin banyaknya program beasiswa yang diberikan, diharapkan mahasiswa fokus terhadap proses perkuliahan dan tidak ada kegiatan lain yang menyita waktu dan tenaga selain kuliah. Kemudian, pihak kampus juga dalam hal ini pimpinan universitas dan fakultas juga mesti berperan aktif dalam pencarian program kerja sama dengan instansi-instansi, baik kementerian maupun swasta.
Kedua, jika poin pertama sulit untuk dipastikan kemungkinannya, maka rektorat dan dekanat harus berani mengambil kebijakan yang bersifat maslahat. Maslahat dalam artian, jika perkuliahan diharuskan tetap dilaksanakan sore-malam hari karena pertimbangan akan berkurangnya jumlah peminat, maka harus ada kepastian tentang pembayaran dosen yang mengajar di luar jam kantor. Jadi, tidak ada lagi dosen yang menolak mengajar atau mengajarpun dengan terpaksa.
Ketiga, jika poin kedua juga sulit direalisasikan, maka, rektorat, dekanat, dan pengelola prodi harus berani membuka kelas reguler di pagi hari, meskipun dengan jumlah mahasiswa yang jauh lebih sedikit dibanding dengan kelas sore-malam hari atau akhir pekan. Itu pilihan terakhir namun sangat rasional jika semangatnya adalah untuk perbaikan mutu magister FITK.
Harapan
Semoga dengan kepemimpinan rektorat dan dekanat yang baru, tidak ada lagi terdengar istilah program magister fakultas dianaktirikan atau dinomorduakan. Semoga akan ada perhatian lebih terhadap keberlangsungan program magister fakultas, khususnya di FITK. Ada yang bilang, kampus yang besar dan maju adalah kampus yang berorientasi dan fokus mengembangkan program pascasarjananya.
Muslikh Amrullah, MPd, Staf Magister FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (mf)