Kembali dengan Kreativitas
Kembali dengan Kreativitas

Kemdikbud mengirim 1200 guru berprestasi tingkat PAUD hingga SMA ke beberapa negara, yaitu Australia, China, Finlandia, Hongkong, Jepang, Jerman, Korea, Prancis, India, Rumania, dan Singapura. Mereka berada di sana selama tiga minggu untuk seminar, pelatihan, observasi kelas dan sekolah, kunjungan industri, dan praktik kerja industri. Biayanya berasal dari LPDP dan Kemdikbud (Rabu, 27/2/2019).

Banyak yang meyakini kualitas pendidikan dipengaruhi kualitas guru. Kualifikasi pendidikan dan pelatihan guru sangat penting membentuk mutu guru. Studi banding merupakan salah satu cara meningkatkan wawasan dan merubah cara pandang guru. Meski dalam waktu singkat, banyak pihak melakukan studi banding.

Seorang guru harus memiliki sikap pembelajar: suka membaca, berlatih, dan punya rasa ingin tau yang tinggi. Mereka akan mencatat setiap hal baru yang diperolehnya dari membaca, melihat, mendengar, dan mengamati. Mereka tidak pernah bosan belajar tetapi sangat menyukainya.

Studi banding akan bermanfaat bagi guru yang pembelajar, tetapi akan sia-sia bagi guru yang pemalas. Setelah pulang dari negara asing, paling tidak harus ada karya tulis masing-masing guru minimal 3500 kata. Setiap negara minimal satu buku kumpulan tulisan pengalaman para guru. Jika tidak, sungguh sayang uang banyak tanpa hasil nyata.

Kewajiban menulis makalah akan mendorong guru bertanya, menyimak, membaca, dan menulis apa saja yang menarik di negara tujuan. Harus sudah dipetakan siapa menulis apa selama di negara tujuan. Dengan demikian, kegiatan ini akan dominan akademik dan minim liburan dan hiburan.

Guru juga harus kreatif dan inovatif. Pembelajaran aktif dan menyenangkan akan tejadi jika guru kreatif. Fasilitas sekolah yang memadai akan mempermudah kreativitas dan inofasi guru. Semua guru mungkin memiliki kemauan untuk kreatif, tetapi tanpa fasilitas, keinginan itu akan surut alias tidak menjadi kenyataan.

Sudah pasti, sekolah dan kampus yang dikunjungi guru di negara tujuan adalah sekolah dan kampus yang bagus, bahkan sangat bagus. Mengapa lulusannya bagus dan gurunya kreatif? Jawabnya karena fasilitas memadai dan lingkungannya nyaman. Gaji guru dan dosennya besar.

Di Indonesia pun banyak sekolah dan kampus negeri dan swasta yang bagus. Kenapa bagus? Jawabannya sama dengan yang di atas. Pendidikan di Indonesia tidak bagus karena banyak sekolah dan kampus, guru, dosen, fasilitas, lingkungan, dan gaji yang tidak standar.

Pengiriman guru keluar negeri bagus, tetapi standarisasi gaji guru honorer mendesak dilakukan. Kualitas pendidikan tidak ditentukan oleh guru PNS, tetapi guru PNS dan swasta, guru tetap dan honorer. Mengabaikan kesejahteraan guru honorer dan guru swasta tanda bahwa pemerintah tidak adil.

Perlakuan khusus pada guru PNS merupakan ketidakadilan pemerintah pada guru non-PNS yang tugasnya sama-sama mendidik generasi bangsa. Masih banyak guru honorer yang belum mendapat tunjangan profesi guru, dan gajinya di bawah satu juta rupiah.

Peningkatan kompetensi guru—apa pun bentuknya—tidak akan meningkatkan mutu pendidikan manakala fasilitas sekolah jauh dari standar. Fasilitas dan lingkungan yang baik akan memicu kreativitas guru. Demikian pula kesejahteraan guru penting agar mereka nyaman dalam bekerja.

Beruntunglah guru yang melihat langsung kemajuan pendidikan negara lain. Pasti banyak hal yang bisa diambil pelajaran dan bisa diterapkan di sekolah Indonesia. Selanjutya, perlu pembuktian, mereka kembali dengan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran dan pendidikan.

Dr Jejen Musfah MA, Kepala Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam FITK UIN Jakarta. (mf)