Menjadi perwakilan Indonesia, Wadek 3 FITK paparkan tentang perkembangan madrasah di kongres Pendidikan Islam Kamboja
Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja Sama menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia sebagai pembicara utama dalam Congress on Islamic Education 2015-2023 and Future Directions dengan Topic “Islamic Education Reform in Digital Context” di Phnom Penh, Kamboja pada Selasa-Rabu, 5-6 Maret 2024.
Kongres ini diselenggarakan oleh Persatuan Guru Islam Kamboja (Cambodian Islamic Teachers Association) di bawah Kementerian Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga (Ministry of Education, Youth, and Sport – MoEYS) dengan misi khusus Pendidikan Islam. Dibuka oleh H. E. Mr. Dr.OTHSMAN HASSAN, Senior Minister in charge Special Mission for Islamic Education, Kamboja, kongres ini dihadiri oleh seluruh pejabat tinggi MoEYS dengan misi khusus Pendidikan Islam Kamboja, diantarnya, H.E Mr. NOS SLES, Secretary of State, H.E SIM MATHDAUDH, Advisor to the Royal Government, H.E. Mr. Peung Kimchhen, Under Secretary of State, H.E Academician Dr. HANG CHOUN NARON, Deputy Prime Minister, dan H.E. Academician NATH BUNROEUN, Secretary of State, Minister of MoEYS. Guru-guru dari seluruh sekolah Islam di Kamboja yang berjumlah 200an orang menjadi peserta dalam kegiatan ini. Selain itu, perwakilan Malaysia dan Singapur juga turut hadir sebagai pembicara.
Dalam presentasinya yang berjudul Islamic Curriculum Model in Indonesia, Salamah Agung memaparkan sejarah dan perkembangan kurikulum madrasah dengan penekanan kepada perkembangan sains dan teknologi modern di dalam kebijakan-kebijakan Kementerian Agama untuk madrasah. Menurut Salamah, pemerintah Kamboja perlu mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana Indonesia telah berhasil membangun Pendidikan madrasah yang tidak hanya setara dengan sekolah namun mampu berkompetisi dengan sekolah terutama dalam bidang sains dan teknologi.
“Paparan saya lebih kepada bagaimana upaya Kementerian Agama RI dalam mengembangkan madrasah dan berinvestasi kepada madrasah-madrasah unggulan sebagai program percontohan pengembangan dan pengintegrasian Islam, Sains, dan Teknologi di madarasah. Best practices inilah yang dibutuhkan oleh Pemerintah Kamboja”, ujar Salamah usai memberikan paparannya di depan kurang lebih 300 peserta kongres. Salamah berharap melalui paparannya Pemerintah Kamboja dapat mulai memperhitungkan Indonesia, khususnya Kementerian Agama, dalam program pendampingan Pendidikan Islam Kamboja yang selama ini dilakukan oleh Malaysia dan Singapur. Selain itu, misi spesifik Salamah untuk FITK adalah membuka jejaring baru dan kesempatan lebih luas bagi Kerjasama tridarma perguruan tinggi FITK dengan MoEYS dan dengan sekolah-sekolah Islam di Kamboja (QN).