PBSI FITK UIN JAKARTA BEKERJA SAMA DENGAN PEGADAIAN JAKARTA SELATAN, SELENGGARAKAN SEMINAR KEBAHASAAN DAN BUDAYA TENTANG PINJOL
PBSI FITK UIN JAKARTA BEKERJA SAMA DENGAN PEGADAIAN JAKARTA SELATAN, SELENGGARAKAN SEMINAR KEBAHASAAN DAN BUDAYA TENTANG PINJOL

Berita FITK Online - Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan BUMN, PT Pegadaian Wilayah Bisnis Jakarta Selatan, selenggarakan seminar untuk literasi finansial khususnya tentang pinjaman online (pinjol). Seminar bertema “Pinjol: Antara Fenomena Kebahasaan dan Gaya Hidup Kontemporer” dilaksanakan pada Selasa, 8 Maret 2022, melalui zoom meeting. Seminar ini merupakan kegiatan yang mengawali kerja sama antara PT Pegadaian Jakarta Selatan dengan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta pada tahun 2022.

Seminar diawali dengan sambutan Ketua Program Studi PBSI, Dr. Makyun Subuki, M.Hum., yang menjelaskan fenomena meminjam merupakan budaya pada masa ini. Ternyata, persepsi tentang meminjam ini semakin lama semakin bergeser, apalagi ada banyak fasilitas yang ditawarkan oleh bank atau dunia keuangan. Dengan demikian, pinjaman ini menjadi bagian penting dari gengsi maupun gaya hidup modern. Di sisi lain, kejahatan terkait pinjaman ini juga meningkat seiring makin banyaknya konsumen pinjol. Permasalahan pinjol ini harus dibahas secara terbuka dan berimbang.

Dalam pembukaannya, Dekan FITK, Dr. Sururin, M.Ag., menyampaikan fenomena terkini yang menjebak para ibu rumah tangga terkait pinjaman online, juga dampak buruk dari aktivitas ini terkait bahasa yang digunakan para debt collector. Dekan FITK menyambut baik kegiatan ini dan menyampaikan bahwa fakultas berniat menindaklanjuti kerja sama dengan Pegadaian ini untuk melaksanakan literasi finansial berupa sosialisasi tentang pengelolaan keuangan yang sehat dalam bentuk pengabdian masyarakat.

Dalam penyampaian materinya, Deputi Bisnis Pegadaian Area Jakarta Selatan, Aris Suroso, S.E., menjelaskan bahwa fenomena pinjol muncul karena kebutuhan pasar. Transaksi pinjam meminjam ini diawali sejak munculnya ATM, yang memungkinkan transaksi keuangan dilakukan tanpa harus masuk kantor layanan bank. Ini merupakan cikal bakal dari transaksi online. Penggunaan digital financing dimulai sejak 2006, tapi kemudian pada tahun 2019 ditemukan ada 1477 industri peminjaman online illegal. OJK setelah itu melakukan tindakan sehingga pada tahun 2021 jumlah pelaku pinjol tinggal 277. Pinjol ilegal memiliki sasaran konsumen yang tidak dapat diterima oleh bank (non-bankable). Oleh karenanya, untuk menyikapi fenomena ini, masyarakat harus melakukan self-measure (mengukur diri sendiri). Dalam industri keuangan, pilihan terbaik adalah memilih lembaga keuangan yang dapat dipercaya. Dalam mengelola keuangan, khususnya dalam investasi, sebaiknya jangan serakah dan jangan terburu-buru. Kebijakan dalam memilih investasi sangat penting diperhatikan.

Sementara itu, narasumber kedua, dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FITK UIN Jakarta, Dona Aji Karunia Putra, M.A., menanggapi fenomena pinjol dari kajian linguistik, khususnya bagaimana karakteristik verba dan adjektiva yang digunakan dalam iklan aplikasi pinjol. Penggunaan adjektiva akan berimplikasi pada saya persuasif yang ditimbulkan produk pinjol. Dalam paparannya, kandidat doktor linguistik UGM ini melakukan analisis mikrolinguistik serta fungsi komunikasi dari beragam fitur kebahasaan yang muncul dalam 20 iklan pinjol yang diizinkan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Ia melihat kata cepat, mudah, aman kerap muncul sebagai ajektiva yang berguna untuk mempercantik iklan sehingga daya persuasifnya semakin kuat.

Para peserta terlihat antusias mengikuti seminar ini dan pertanyaan-pertanyaan menarik diajukan oleh para peserta. Sesi tanya jawab berlangsung dinamis dengan pertanyaan seputar iklan pinjol serta literasi finansial bagi generasi milenial. Sesi ini ditutup dengan pembagian hadiah lawang bagi lima peserta yang bertanya. Selain itu, para peserta seminar juga diberikan kesempatan untuk membuka tabungan emas dengan bebas biaya tabungan pada tahun pertama. Yang juga menarik dicatat adalah munculnya beragam pantun dari para peserta yang terkait pinjol dan pegadaian. Berikut beberapa pantun yang unik yang dituliskan oleh peserta di ruang obrolan.

“Jalan pagi kita ke taman, pulangnya naik Kopaja. Kalau ingin pinjam yang aman, yuk datang ke Pegadaian saja.” (Ibu Hilda Hilaliyah)

“Kupu-kupu model sebuah dasi, terbang di taman, sayap tak redup. Pinjol di Pegadaian untuk investasi, pikir ulang sebagai kebutuhan atau gaya hidup.” (Ibu Hindun)

“Berdiri di bawah pohon bisa membuat nyaman, apalagi sambil membawa sedikit kudapan. Kalau rekan-rekan mau pinjaman yang aman, sudah pasti bisa langsung ke Pegadaian.” (Ariya Sudrajat)

“Makan roti dengan tape ketan, enak manis sangat menyegarkan. Mau pinjol belum ada pengetahuan, kalau mau aman ayuk ke pegadaian.” (Ibu Mahmudah Fitriyah)

“Makan siang di restoran Kabayan, paling enak makan udang galah. Sejak dulu saya ke Pegadaian, biar ilang banyak masalah.” (Bapak Ahmad Bahtiar)

Acara seminar ini diakhiri dengan manis oleh pewara Inggrid Amanda Muharramah (PBSI semester 6) dengan pantun “Jika ada sumur di ladang, bolehlah kita menumpang mandi. Jika ada umur panjang, bolehlah kita berseminar lagi.” (Rosida Erowati)