PBSI Kembali Hidupkan Diskursus Kebudayaan Islam dengan Gelar Kuliah Tamu dan Seminar Nasional Pestarama
Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, setiap tahunnya rutin mengadakan perhelatan kebudayaan dan kesusastraan Indonesia dengan kegiatan Pestarama. Pada tahun ini, Pestarama telah memasuki masa kesembilan untuk kembali tampil dalam mendiskusikan dan memperlihatkan kebudayaan di Indonesia. Tema religiositas menjadi pokok perbincangan yang menjadi sentuhan untuk seluruh rangkaian acara Pestarama #9.
Termasuk pada Kuliah Tamu dan Seminar Nasional Pestarama #9 yang mengangkat tema “Peran Lembaga Kebudayaan Islam dalam Membentuk Wajah Sastra dan Drama Bernafas Islam di Indonesia”. Kegiatan ini digelar pada Senin (27/5/24) di Teater Prof. Mahmud Yunus FITK, pukul 08.00—12.00 WIB. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Lesbumi 2004—2015, Dr. Ngatawi Al Zastrouw, S.Ag., M.Si., menjadi dosen tamu yang memberikan kilas balik perjalanan Lesbumi sebagai lembaga yang berkontestasi untuk mengisi ruang religiositas dalam kebudayaan di Indonesia. Ia mengatakan bahwa Lesbumi membawa spirit supaya bisa eksis dalam kancah nasional maupun internasional. Lesbumi menjadi lembaga di tengah-tengah lembaga kebudayaan yang sekuler, yakni Lekra dan Manikebu. “Lesbumi lahir di saat sedang munculnya Lekra dan Manikebu, Lesbumi hadir untuk mengisi ruang kosong yang ditinggalkan tersebut, yakni tentang spritualitas supaya bisa tampil dalam kancah nasional,” jelas Zastrouw, sapaan akrabnya. Selain Zastrouw, Jamal D. Rahman yang merupakan sastrawan, penyair, pemimpin redaksi Majalah Sastra Horison, dan juga salah satu pengajar di prodi PBSI juga menjadi pendiskusi untuk menceritakan biografi dari Asrul Sani yang ia garisbawahi sebagai tokoh kebudayaan Islam di Indonesia. Asrul Sani memodernisasi kesenian tradisi untuk memajukan kebudayaan Islam di Indonesia. Jadi bukan hanya sebagai tokoh budayawan, namun juga sebagai tokoh kebudayaan Islam Indonesia yang memberikn kontribusi penting bagi kebudayaan Islam di Indonesia,” terang Jamal.
Selanjutnya, esai karangan Asrul Sani seperti Surat Kepercayaan Gelanggang, turut dikupas oleh Rosida Erowati, M.Hum., dosen PBSI yang juga merupakan pegiat sastra dan penggerak dari perhelatan Pestarama.
“Asrul Sani mengedepankan otentisitas untuk membangun rumah baru, peradaban baru yang bernama Indonesia. Gagasan Asrul Sani sangat dekolonisasi, kita bisa mengurai bagaimana cara menyelesaikan kolonialisasi di Indonesia bila mampu mengurangi gagasan Asrul Sani,” ucap Rosida.
Kegiatan Kuliah Tamu dan Seminar Nasional diketahui mendapatkan atensi positif dari pimpinan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yakni Prof. Siti Nurul Azkiyah, M.Sc., Ph.D.
Dalam pengantarnya, ia menyatakan bahwa kegiatan Pestarama seharusnya bisa menjadi tradisi yang turut dilakukan hingga harapannya dapat merambah pada kancah internasional.
Kontribusi mahasiswa PBSI dalam Pestarama dinilai menjadi salah satu aksi nyata dalam membumikan dan merawat kebudayaan dan kesusastraan di Indonesia dengan cara yang enjoyable.
“Saya yakin bahwa sastra mampu menjadi medium yang efektif untuk bisa semakin membumikan dan melestarikan kebudayaan Islam di Indonesia. Apalagi untuk generasi milenial, seperti ini contoh cara yang enjoyable,” ucap Prof. Nurul.
Dr. Ahmad Bahtiar, M.Hum., selaku Ketua Prodi PBSI juga berharap bahwa Kuliah Tamu dan Seminar Nasional Pestarama #9 mampu bermanfaat untuk semua pihak dalam ajang berkenalan dengan sastra Indonesia.
“Asrul Sani dan Lesbumi akan menjadi 2 topik penting dalam Kuliah Tamu dan Seminar Nasional ini. Semoga tidak hanya bermanfaat untuk mahasiswa sastra yang sedang mempelajari sejarah sastra, namun juga bermanfaat untuk mahasiswa lainnya yang ingin mempelajari sastra pada umumnya,” tutur Ahmad Bahtiar (Selvia Parwati Putri)