Pemanfaatan Teori Deleuze–Guattari dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di Era Media Sosial
Prof. Ian Buchanan Dorong Pemanfaatan Teori Deleuze–Guattari dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di Era Media Sosial
BERITA FITK Online— Prof. Ian Buchanan, salah satu research fellow Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tengah menjalani inbound program sejak 22 Oktober hingga 5 November 2025 sebagai bagian dari kolaborasi riset bersama Dr. Fahriany, M.Pd. dan Dr. Wahyunengsih, M.Pd. dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) FITK UIN Jakarta. Dalam rangkaian program akademiknya di Indonesia, Prof. Buchanan turut menjadi keynote speaker pada 4th International Conference on English Studies in Indonesia (ICONESIA) 2025 yang diselenggarakan Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya pada 28–29 Oktober 2025.
![]()
Konferensi yang mengusung tema “Cultural Dialogue: English Studies in a Globalized World” ini mempertemukan akademisi dan peneliti dari berbagai institusi untuk mendiskusikan isu-isu mutakhir dalam kajian bahasa Inggris. Dalam forum ilmiah tersebut, Prof. Buchanan — yang berasal dari University of Wollongong dan mewakili UIN Jakarta sebagai research fellow — mempresentasikan makalah bertajuk “Let’s Talk about Flows of Desire in Social Media.”
Dalam pemaparannya, Prof. Ian menekankan bahwa media sosial kini menjadi ruang yang sangat potensial untuk pendidikan bahasa Inggris, asalkan dipahami dengan pendekatan yang tepat.
“Guru hari ini perlu memiliki kesadaran bahwa media sosial bukan sekadar ancaman, melainkan peluang besar dalam pengajaran,” ujarnya.
![]()
Ia menyoroti relevansi teori Deleuze dan Guattari, khususnya konsep Desire Machine dan assemblage dalam membaca dinamika pembelajaran bahasa di era digital. Menurutnya, aliran hasrat (flows of desire) yang bekerja dalam media sosial dapat dilihat sebagai motor produktif yang mendorong siswa mencipta makna, membangun identitas linguistik, serta berpartisipasi dalam komunitas global.
Konsep assemblage memandang proses pendidikan — termasuk pembelajaran bahasa Inggris — sebagai jejaring yang melibatkan guru, siswa, teknologi, serta konteks sosial yang saling memengaruhi. Dalam lanskap digital, aliran hasrat itu tampak nyata melalui cara bahasa Inggris digunakan untuk ekspresi diri, interaksi, hingga konstruksi budaya lintas negara.
Penyelenggara ICONESIA 2025 menegaskan bahwa konferensi ini bertujuan membangun tradisi ilmiah yang mempertemukan akademisi, pendidik, dan peneliti untuk saling berbagi wawasan dalam studi bahasa Inggris. Mereka menyampaikan apresiasi atas kontribusi seluruh pembicara utama, presenter, peserta, dan panitia yang telah berperan aktif dalam terselenggaranya kegiatan.ICONESIA diharapkan menjadi ruang dialog, kolaborasi, dan inovasi yang bermakna bagi masa depan studi bahasa Inggris di Indonesia maupun kawasan. (WN/AM)