Pementasan Drama “Dalam Bayangan Tuhan” PBSI, Belajar Memperjuangkan Hak dari Tokoh Sandek

BERITA FITK Online- Hari kedua pementasan drama mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FITK UIN Jakarta sukses diselenggarakan pada Selasa (6/6/23) di Aula Student Center UIN Jakarta.
Pestarama (Pekan Apresiasi Sastra dan Drama) sendiri merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya oleh mahasiswa semester enam PBSI UIN Jakarta. Kali ini merupakan tahun ke-8 diadakannya Pestarama. Pada pementasan hari kedua ini, naskah yang dipertontonkan ialah “Dalam Bayangan Tuhan” karya Arifin C. Noer yang dipentaskan oleh mahasiswa PBSI semester enam kelas B.
Naskah Drama “Dalam Bayangan Tuhan” yang disutradarai oleh Ridho Hafiedz dan Wirda Adelia merupakan naskah yang mempunyai banyak keunikan, mulai dari karakter tokoh, kostum yang dikenakan, hingga dialog-dialog yang mempunyai makna tersembunyi.
“Konsep “Dalam Bayangan Tuhan” itu lebih banyak sandiwara dalam sandiwara. Jadi kita tuh ibaratnya ada sandiwara yang ditonton sama pemainnya sendiri gitu,” terang Wirda, mahasiswa PBSI semester enam itu.
Naskah drama “Dalam Bayangan Tuhan” merupakan salah satu karya Arifin C. Noer yang bercerita tentang perjuangan seorang pria bernama Sandek. Sandek adalah anak dari sepuluh bersaudara yang tinggal di Cirebon dan mengadu nasib di kota sana. Sandek tinggal di Jakarta bersama istrinya yang bernama Oni.
Sandek adalah seorang buruh, di awal pembukaan terlihat percakapan antara Sandek dengan Direktur Utama yang membahas tentang hak gaji yang dilanggar oleh Direktur tersebut. Sandek mencoba mengadakan diskusi untuk menanyakan hak-hak para pekerja terkait uang yang diambil secara diam-diam oleh Direktur.
“Tapi dari Direktur Umum sendiri, Ketua, dan atasannya ini tidak mengabulkan permintaan sampai akhirnya Sandek ini kehilangan pekerjaan dan akhirnya dia mengalami sakit psikis, seperti itu,” jelas Novi, mahasiswa PBSI yang berperan sebagai Polisi Wanita.
Pada naskah ini, banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik. Salah satunya mengingatkan kepada manusia bahwa janganlah serakah, sebab keserakahan itu membuat seseorang buta dan tidak bisa menaruh empati terhadap orang lain.
Tokoh Sandek juga mengajarkan kita bahwa sebagai manusia, haruslah berjuang untuk hidup dan berjuang dalam mempertahankan hak-hak yang seharusnya kita miliki. (MusAm/Meilisna Maulina)

