PENGALAMAN INSPIRATIF DALAM PENDIDIKAN HUMANISTIK (Bagian 8) Ayahku Adalah Guru Privatku (3)
Ayahku adaklah guru privatku di rumah. Ketika saya masih bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) No 4 di kampong Salama Bima, saya mengalami kesulitan besar dalam mata pelajaran Berhitung V. Ayahlah yang mengajarkan saya pelajaran berhitung. Setiap sore atau pada malam hari saya memanfaatkan waktu untuk belajar berhitung di rumah. Jadi pengajaran beliau saya mulai memahami dengan baik pelajaran berhitung itu. Pada saat saya tidak dapat mengerjakan PR, ayahlah yang membantu saya menuntun untuk memberi pemahaman pelajaran itu. Sejak itulah, saya mengerti pelajaran berhitung yang sangat berat itu, yang ketika saya belajar di Madrasah Ibtidaiyah tidak mendapatkan banyak pelejaran seperti itu.
Ketika saya duduk di Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri (MTsAIN) Bima yang juga terletak di kampung saya tinggal, ayahlah yang membantu saya mengajarkan pelajaran Sharf (Ilmu tentang bentuk kata Bahasa Arab), yang rumit itu. Pelajaran ini harus dihafal. Tanpa dihafal, agar sulit kita memahami bentuk-bentuk kata itu. Ayahlah yang membantu saya dalam memahami ilmu Sharf. Beliau mampu menuntun saya dalam pelajaran Bahasa Arab karena beliau sendiri adalah tamatan Madrasah Darul Ulum di Bima yang semuanya gurunya adalah ulama yang pernah tinggal di Makkah. Ayah tidak hanya pandai bercakap Bahasa Arab, tetapi juga menulis Khat Arabi (tulisan Arab) dengan berbagai macam bentuknya.
Beliau pula yang mengajarkan saya dan adik-adik saya belajar menulis khat Arrab (tulisan Arab yang indah. Pengajaran menulis indah (khat Arabi) dilakukan di rumah. Beliau mengajarkan saya dengan tekun bagaimana cara menulis huruf-huruf Arab, bagaimana cara menarik tangan untuk menulis, dan dari arah mana saya harus memulai menulis huruf-huruf. Kami semua, anak-anaknya tidak ada yang luput dari latihan belajar menulis tulisan Arab (khat Arabi) itu. Dari sinilah kami semua dapat menulis tulisan Arab dengan baik. Dengan kemampuannya itu, beliau selalu dipanggil untuk menulis khat Arab di beberapa masjid di Bima sekitar tahun 70-an.
Beliau tidak hanya dapat menulis Bahasa Arab dengan baik, tetapi juga menulis Bahasa Indonesia dengan baik dan indah. Beliau telah mengajarkan saya dan adik-adik untuk berlatih menulis huruf Latin dengan baik dan indah. Beliau mengajarkan kami bagaimana cara menarik tangan pada saat menulis huruf-huruf Latin itu. Bahkan sangat detail kami diajarkan cara menulis itu. Beliau mengajarkan kami bagaimna acara menulis huruf A (capital) dan huruf a (kecil). Tulisan patron dari beliau sangat indah. Semua kami dapat menulis huruf-huruf Latin itu dengan baik dan indah. Dengan kemampuannya itu, beliau juga seringkali diminta untuk menuliskan spanduk-spanduk besar dan tanda-tanda gambar, seperti tanda gambar Nahdhatul Ulama Kabupaten Bima, lengkap dengan tulisan Latin dan Arabnya.
Tidak hanya tulisan yang diajarkan ayah kepada kami, tetapi juga mengajarkan menggambar. Beliau sangat pandai menggambar. Saya ingat betul bahwa ketika saya masih di Madrasah Ibtidaiyah dan beliau mengajar di Sekolah Dasar di Parado, beliau mengajarkan shalat kepada murid-murid dengan menggunakan gambar yang bangus dan indah dengan pewarnaan yang serasih. Gambar shalat dimulai dari saat seseorang berdiri sewaktu memulai shalat, gambar lain sewaktu takbir, waktu ruku’, waktu I’tidal, dan semua gerakan-gerakan shalat digambarnya dengan bagus dan indah. Sewaktu beliau mengikuti ujian persamaan PGA, beliau diminta menggambar tikur. Hasil gambar sangat menakjubkan dan memuaskan. Saya masih ingat semua itu. Sayangnya, saya tidak pernah bisa menggambar, seperti yang ayah lakukan. Ada sebahagian adik saya yang bisa mengikuti jejak ayah dalam menggambar ini.
Ini semua menunjukkan bahwa beliau telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam keluarga, tidak hanya sebagai pemimpin keluarga, tetapi juga sebagai guru dan pendidik yang luar biasa. Dari pelajaran-pelajaran dan beliau itulah, saya dan adik-adik saya telah mendapatkan pelajaran, pengajaran, dan pendidikan yang luar biasa. Kami dengan apa yang ayah telah lakukan terhadap kami dan kami bangga pula dengan hasil yang telah kami capai.
Semoga pengalaman ini berkelanjutan kepada generasi-generasi berikutntya. Mampukah saya melakukan hal seperti itu untuk anak-anak, dan anak didik saya? Saya belum tahu. Semoga saya mampu melakukannya. Semoga ada manfaatnya. Aamiin. Wallaahu a’lam bi al-shawaab. Jakarta-Matraman, Senen pagi, tanggal 22 Agustus 2016.