Prodi PBSI Gelar Kuliah Umum BIPA, Undang Dosen Bahasa Indonesia di Dua Universitas Jerman
Prodi PBSI Gelar Kuliah Umum BIPA, Undang Dosen Bahasa Indonesia di Dua Universitas Jerman

Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sukses menggelar kuliah umum dengan tajuk “Strategi dan Kiat-kiat untuk Mengajar BIPA di Jerman” bagi mahasiswa PBSI dan juga terbuka untuk umum. Ini dilaksanakan pada Rabu (13/3/24) di Teater Prof. Mahmud Yunus FITK.

Pada acara tersebut, hadir Dekan FITK, Prof. Siti Nurul Azkiyah, M.Sc., Ph.D., Kepala Pusat PLKI (Pusat Layanan Kerja Sama Internasiona) Prof. Maila Dinia Dinia Husni Rahiem,  Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Ahmad Bahtiar, M.Hum., dan narasumber Dr. Esie Hanstein., dosen Bahasa Indonesia di Leipzig University dan Humboldt Universitat zu Berlin.  Selain itu hadir juga guru Besar Filologi UIN Jakarta, Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum., dan dosen-dosen PBSI. 

Dalam sambutannya, Dekan FITK, Prof. Nurul, mengungkapkan bahwa ia bangga dengan kuliah umum yang diadakan oleh PBSI ini. Ia berharap banyak yang akan menyerap pengetahuan dan wawasan selepas acara ini berlangsung. “Atas nama Dekan FITK  UIN Syarif Hidayatulla, saya dengan bangga membuka acara kuliah umum ini yang akan membahas strategi untuk mengajar bidang Bahasa Indonesia di Jerman, dengan dihadiri oleh pengajar Bahasa Indonesia di Leipzing University dan Humboldt Universitat zu Berlin yang akan membagikan pengetahuan dan wawasannya,” jelas Prof. Nurul.

1-Bu Dekan (1)

Ia juga mengungkapkan bahwa bahasa Indonesia berhasil ditetapkan menjadi bahasa resmi pada Konferensi Umum UNESCO di Paris, Prancis, Senin tepat pada tanggal 20 November 2023. 

Hal ini tecermin dalam peraturan resmi, serta kebijakan di berbagai lembaga internasional, yakni bahasa Indonesia digunakan secara resmi untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Selain itu, sebagai anggota aktif ASEAN, bahasa Indonesia juga digunakan dalam berbagai forum dan pertemuan internasional di kawasan Asia Tenggara.

Dalam materinya,  Esie Hanstein, memberikan fakta bahwa menjadi dosen bahasa Indonesia di luar negeri itu tidak gampang. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena tanggung jawab yang mereka pegang lebih besar dibanding menjadi dosen di dalam negeri.  Di luar negeri,  Esie mengatakan bahwa para dosen kerap kali membujuk mahasiswanya untuk masuk jurusan tersebut.Dosen bahasa Indonesia asal Pontianak tersebut juga mengatakan bahwa sastra juga sejatinya dapat menjadi wadah luapan segala jenis emosi atau karya yang berisi pengalaman terhadap hal yang dilihat di sekitar. 

Menurutnya, banyak cara dalam mengajarkan kalangan umum untuk menikmati sastra, di antaranya melalui musik-musik, pantun-pantun lucu, atau juga melalui puisi. “Saya selalu mengajarkan kepada mahasiswa bahwa belajar bahasa asing itu seperti kita menikah (harus dipertahankan), kalau tidak dipertahankan dan sudah lupa maka satu per satu kosakata pun hilang,” ucap  Esie. Esie juga mengungkapkan bahwa ia menerbitkan buku bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Jerman dan itu dipelajari oleh mahasiswanya. Ia pun bertutur bahwa apabila mempelajari bahasa asing maka kita akan awet muda.

Dr. Ahmad Bahtiar, M.Hum. turut bangga atas terlaksananya acara ini. Ia menyampaikan bahwa eksistensi bahasa Indonesia bisa dimanfaatkan sebagai peluang mahasiswa PBSI menjadi pengajar BIPA. “Pada kurikulum terbaru PBSI sudah ada Mata Kuliah BIPA di semester V. Di tahun 2023, bahasa Indonesia termasuk bahasa internasional oleh kebijakan pemerintah Republik Indonesia,” ucap Ahmad Bahtiar. Acara juga diwarnai oleh penampilan pembacaan puisi oleh Humairah Azahra, mahasiswa PBSI semester dua yang membacakan puisi berjudul “Kamus Kecil” karya Joko Pinurbo. Humairah mengungkapkan bahwa makna dari puisi “Kamus Kecil” yakni tentang bahasa yang sejatinya hadir tidak hanya sebagai perantara, pengantar, atau media komunikasi belaka (NAR).

Screenshot_5

Screenshot_6