Satu Abad Chairil Anwar, HMPS PBSI Gelar Peringatan Hari Sastra Nasional (PHSN) 2022
Satu Abad Chairil Anwar, HMPS PBSI Gelar Peringatan Hari Sastra Nasional (PHSN) 2022

Gedung PPG, BERITA FITK Online- Departemen Bahasa dan Sastra Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) menggelar Peringatan Hari Sastra Nasional pada Kamis (21/07/22) bertempat di teater lantai 1. Peringatan hari sastra ini dihadiri oleh peserta dari mahasiswa PBSI maupun mahasiswa di luar program studi PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peringatan hari sastra tahun ini mengangkat tema "Menafsirkan Puisi Chairil Anwar dalam Menjaga Harmoni di Tengah Kepungan Teknologi", sekaligus dengan tujuan mengenang sosok sastrawan terkemuka, yaitu Chairil Anwar.

Acara ini dibuka dengan penampilan dari mahasiswa PBSI UIN Jakarta semester 2 (dua) dan 4 (empat), antara lain dengan menyajikan pembacaan puisi, musikalisasi puisi, monolog, shohibul hikayat, dan pembacaan cerpen. Setelah itu, dilanjutkan dengan acara bincang sastra yang sukses menghadirkan Mustafa Ismail, seorang penulis, jurnalis, dan editor koran Tempo. Sesi bincang sastra ini dimoderatori langsung oleh Rosida Erowati selaku dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

"Internet memberi ruang yang sebebas-bebasnya untuk mengembangkan sastra, dan di sanalah peran kita untuk memfokuskan manfaat internet ke dalam sisi yang positif. Dengan menulis, kita lebih banyak tahu, kita dapat lebih memberi banyak sumbangan pada masyarakat," papar Mustafa Ismail.

Menurut Mustafa Ismail, Chairil Anwar adalah sosok sastrawan yang tidak hanya menulis untuk mengekspresikan suatu hal, tetapi ia menulis untuk memberikan wawasan baru. Dengan menu yang berbeda, Chairil menawarkan berbagai ilmu dan corak sastra yang apik kepada masyarakat.

"Totalitas itu penting untuk melakukan apapun yang sedang kita kerjakan." Sambungnya.

Dari pemaparan oleh Mustafa Ismail, Rosida Erowati menangkap poin penting dari bincang asik tersebut, "Teknologi dapat memperpanjang usia hidup sebuah karya. Melalui internet, jejak karya dapat dengan mudah ditelusuri dan diakses oleh orang lain."

Setelah berakhir sesi bincang sastra, acara bergengsi tersebut ditutup dengan penyiaran video ziarah kubur ke makam sastrawan dan pembacaan doa bersama. (Mafi Sri Wahyu Tiara)