Tutup Kegiatan Ruang Tamu PKN: PBSI UIN Jakarta Berikan Penghargaan ke Jamal D. Rahman
Tutup Kegiatan Ruang Tamu PKN: PBSI UIN Jakarta Berikan Penghargaan ke Jamal D. Rahman

Untuk menutup rangkaian acara Ruang Tamu PKN, digelar Tribute untuk Jamal D. Rahman yang merupakan sastrawan sekaligus budayawan muslim Ciputat. Ini diselenggarakan pada Sabtu (28/10/23) di Aula Student Center UIN Jakarta. 

Jamal menunjukkan rasa harunya akan adanya kegiatan ini. Ia merasa sangat diapresiasi dengan baik dan menuturkan rasa terima kasih yang teramat dalam.

"Saya tidak diberitahu akan ada acara persembahan untuk Jamal D. Rahman ini. Padahal ada kegiatan di Kalimantan. Saya tau hanya 10 hari yang lalu. Acara tribute ini menjadi surprise bagi saya. Terima kasih yang tak terhingga dan yang paling dalam untuk semuanya," ucap Jamal.

Lantunan doa juga dilisankan bersama yang dipandu oleh Fachrurozi. Semua mendoakan untuk keberkahan hidup Jamal D. Rahman beserta keluarga besarnya. Tidak lupa, doa juga ditujukan pada sastrawan Danarto yang namanya turut diusung untuk dibuatkan Taman Bacaan Danarto dalam Ruang Tamu PKN ini.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Jakarta, Prof. Ali Munhanif, M.A., Ph.D. juga turut hadir untuk memberikan sambutan sekaligus menutup acara Ruang Tamu PKN. Ia mengapresiasi penuh atas apa yang dilakukan oleh PBSI. Menurutnya, PTKIN memang perlu berdiri di garda depan atas serbuan budaya globalisasi untuk menjawab apa itu budaya nasional.

"PKN menjadi penanda bahwa PTKIN mampu merawat kebudayaan nasional. Semoga kegiatan ini bertahan setiap tahunnya," ucap Prof. Ali. 

Ungkapan bangga juga datang dari Wakil Dekan 3 FITK, Salamah Agung, M.Sc., Ph.D. Menurutnya, prodi PBSI membawa nama harum UIN Jakarta karena telah mengundang sastrawan, budayawan, hingga komunitas budaya dalam rangkaian Ruang Tamu PKN. 

Perempuan yang pernah menjadi Ketua Pusat Karier UIN Jakarta itu juga berharap acara Ruang Tamu PKN bisa menginspirasi prodi-prodi lain dan dimasukkan pada kurikulum sebagai project based learning.

Selanjutnya, LSO (Lembaga Seni Otonom) Balangga Carika turut menampilkan persembahan Tari Lenggang Nyai dan disusul oleh penampilan dari sastrawan serbabisa, Putu Wijaya, yang mempersembahkan monolog "Kemerdekaan". 

"Pelajarilah kemerdekaan itu, renungkan kemerdekaan itu di langit biru. Ke sanalah kamu akan pergi. Setiap ada kesempatan ambil, setiap ada peluang ambil, tapi manfaatkan sebaik-baiknya. Renungkan. Jangan cuma melamun, jangan cuma ngentut, jangan cuma berak, renungkan kemerdekaan itu baru kau bisa memakainya," ucap Putu.

Dalam monolognya ini, ia melakukan kritik terhadap orang-orang yang masih ragu untuk mengekspresikan kemerdekaannya sendiri. Putu seakan menyampaikan bahwa hakikatnya kemerdekaan datang dari dalam diri sendiri yang bisa bebas meraihnya kapan saja.

Rangkaian acara juga diwarnai bincang budaya dengan tema "Musik, Sastra, dan Kebudayaan Islam". Narasumber yang dihadirkan yakni Dr. Rahmat Hidayatullah, S.S., M.A. yang saat ini tengah menjadi dosen Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, sekaligus peneliti di Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia.

Menurutnya, terkadang seseorang mendefinisikan musik sebagai suatu sebab orang tersebut makin jauh kepada Sang Khalik. Padahal, para sufi menjadikan musik sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Di akhir diskusi, ia juga mengajak seluruh penonton menyenandungkan selawat Mahalul Qiyam dengan menunjukkan kebolehannya dalam bermain gitar dan membuat seluruh sorot mata penonton tertuju pada setiap petikannya.

Para peserta yang hadir juga turut mendengarkan "testimoni" dari sahabat dekat Jamal D. Rahman, yakni Idris Thaha, Mahmudah Fitriyah, Fatin Hamama, Khairul Anwar, Mahwi Air Tawar, Agus R. Sardjono, Sastri Sunarti, dan Joni Aryadinata.

Salah satu "testimoni" datang dari sastrawan yang melahirkan puisi "Tentang Seseorang yang Kucinta", Mahwi Air Tawar, yang mengungkapkan bahwa Jamal merupakan representasi dari santri yang tawadhu.

Idris Thaha, sahabat Jamal semasa menjadi santri di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, bercerita bahwa Jamal sering membaca Majalah Horison saat menjadi santri, menulis cerpen dan puisi saat kelas 2 SMP, dan saat ini Jamal justru menjadi Pimred Majalah Horison.

Rangkaian acara tidak hanya dikemas sebagai bentuk persembahan dan doa saja, tetapi juga turut melakukan apresiasi terhadap ekspresi seni dari para penampil, yakni dari Postar (Pojok Seni Tarbiyah), grup musikalisasi puisi Kemangilodi, dan beragam penampilan lainnya dari mahasiswa PBSI yang menampilkan puisi karangan Jamal D. Rahman yang tidak kalah antusias untuk menampilkan kebolehannya. (Selvia Parwati Putri)

Tag :