Yasuhito Yano: Saya Pergi ke Tokyo dan Mendalami Teater selama 20 Tahun
Prodi PBSI UIN Jakarta dalam rangka mengawali kegiatan Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional, berhasil menyelenggarakan Studium Generale dengan tema "Teater dan Peradaban: Mendidik Generasi Muda melalui Teater" pada Rabu (4/10/23) di Teater Zakiah Darajat FITK. Peserta yang hadir menembus angka puluhan orang yang memadati Teater Zakiah Darajat dengan semangat untuk menyimak pemaparan materi keteateran melalui kacamata sutradara yang berasal dari Negeri Matahari Terbit.
Narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini ialah Yasuhito Yano yang merupakan Sutradara Theatre Company Shelf Jepang. Yano, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa awal mula ia menggeluti dunia teater memakan waktu selama 20 tahun di Kota Tokyo. Bermula dari diajak teman kuliahnya menonton penampilan teater, ia merasa tertarik untuk mendalami dunia teater lebih jauh. Ia merasa sangat terharu saat menyaksikan penampilan teater. Menurutnya, ada suatu impresi tersendiri yang muncul ketika menyaksikan penampilan teater.
"Saya tahu dunia teater saat masih menjadi mahasiswa dan pernah diajak menonton teater saat kuliah. Di situ, saya merasa terharu dan mendapatkan impresi yang sangat kuat sehingga tertarik dengan dunia teater ini," ucap Yano yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Sebelum terjun ke dunia teater, ia menuturkan bahwa sebenarnya ia ingin menjadi peneliti bahasa dengan mencoba belajar atau mendalami kritik sosial dalam karya sastra, tetapi karena merasa kompetensi dan kemampuan dirinya kurang mumpuni, maka ia memutuskan untuk mendalami dunia teater saja dengan mencoba menulis naskah dan mengadaptasi naskah-naskah modern.
"Saya pernah bekerja sebagai artistic director dalam sebuah grup teater. Di sana, saya menyalurkan naskah yang ditulis dalam memainkan naskah tersebut, dominan mengadaptasi naskah-naskah modern. Banyak pengalaman untuk berkomunikasi dengan berbagai macam orang sehingga dari situ menarik dan mulai mendalami pula keteateran," tutur Yano yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Yano menyayangkan kampus-kampus saat ini tidak ada muatan keteateran dalam pembelajaran. Menurutnya, kampus-kampus yang baru terbentuk tampak belum menyelenggarakan budaya teater dalam lingkup aktivitas akademiknya sehingga Yano turut menyayangkan hal tersebut.