Diskusi Dosen 2022 Seri 2: Menyoal Kualitas Tesis
Gedung FITK, BERITA FITK Online - Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menggelar acara diskusi dosen secara virtual, Senin (14/02/2022). Diskusi berlangsung selama dua jam lebih dimulai dengan ontime pukul 13.00 hingga pukul 15.45 dengan mengangkat topik “Menyoal Kualitas Tesis” Edisi kali ini, Ketua Tim Diskusi Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Khalilah, M.Pd menyampaikan bahwa dalam Seri 2 bulan Februari 2022 ini, mengundang beberapa pembicara seperti Prof. Dr. Dedi Purwana E.S., M.Bus yang merupakan Direktur pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, Dr. Jejen Musfah,M.A yang merupakan Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Prof. Dr. Novianty Djafri M.Pd.I yang merupakan Ketua PSDP pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo. Kegiatan diskusi ini dimoderatori oleh Dr. Muhammad Syukur, M.A yang merupakan salah satu Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan diskusi dosen ini dihadiri oleh 140 peserta baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun dari Universitas lain.
Kegiatan ini dibuka oleh Dekan FITK, Dr Sururin, M.Ag. Dalam sambutannya, Dekan menyampaikan esensi kualitas tesis yang harus mencapai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) 8. Kerangka ini menghendaki kualitas yang harus dimiliki oleh lulusan magister mempunyai karya inovatif yang teruji dengan pendekatan yang multidisipliner atau interdisipliner. Kegiatan ini menjadi bagian dari kerja sama antara UNJ dan UIN Jakarta termasuk dengan UNG.
Prof. Dr. Dedi Purwana E.S., M.Bus sebagai keynote speaker memulai penyampaiannya dengan menjelaskan visi indonesia 2045. Kata kuncinya adalah bagaimana mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul untuk mencapai visi tersebut. Kunci mengembangkan kualitas tesis ada tiga yaitu: 1) Menciptakan karya-karya yang inovatif, original, dan memiliki kebaruan; 2) Melalui proses bimbingan 3) Melalui proses pengujian. Tantangan yang nyata menurut world expert, pengetahuan mahasiswa berkembang secara signifikan sementara pengetahuan pembimbing cenderung stagnan. Tantangan lainnya adalah terkait permasalah budaya di mana pembimbing selalu dianggap lebih hebat dalam segala hal.
Dr. Jejen Musfah, M.A sebagai narasumber diskusi dosen menyampaikan bahwa diskusi terkait persoalan tesis ini masih menjadi topik menarik untuk diskusikan. Dari segi input, universitas masih kesulitan memperoleh mahasiswa dengan kualitas yang “excellent.” Dari segi proses, tesis banyak yang belum layak atau tidak berkualitas dikarenakan karena mahasiswa tidak bisa menulis, tidak menguasai materi, dan sedikit meluangkan waktu untuk membaca dan menulis. Mungkin ada dosen yang tak serius membimbing tetapi mahasiswa lebih berperan besar dalam menghasilkan tesis yang berkualitas. Dari segi produk, tesis-tesis yang dihasilkan itu tidak layak dibaca dan dijadikan rujukan. Ironisnya, tesis-tesis di perpustakaan kampus sering dijadikan rujukan mahasiswa. Terakhir, program magister dengan jalur non-tesis sejak awal patut dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif untuk bisa menghasilkan lulusan yang berkualitas.
“Setiap jenjang perkuliahan memiliki lama waktu penyelesaian yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan”, ungkap Prof. Novianty Djafri, M.Pd.I. Mahasiswa yang baik akan mempengaruhi Proses pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, perlu memaksimalkan kualitas input mahasiswa yang masuk ke jenjang magister. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis tesis adalah sebagai berikut.
- Mempelajari dan mengikuti pedoman penulisan karya Ilmiah di setiap perguruan tinggi dan menghindari kesalahan penulisan karya ilmiah
- Memahami enam Literasi; Baca-Tulis; Numerik; Sains; Finansial; Kebudayaan & Kewargaan; dan Digital
- Memahami Permasalahan; problematika di lapangan yang akan dilaksanakan Riset; selanjutnya yang dicarikan jalan keluar dari permasalahan, yang akan disinkronkan dengan penelusuran hasil kajian literatur; Buku & Jurnal; Kemampuan mahasiswa dalam menganalisis dan mensintesis buku dan jurnal serta mensitasi hasil karya Dosen sebagai rujukan utama di lebihkan porsinya oleh mahasiswa.
Diskusi berlangsung dengan hangat dan antusias, Dr. Muhammad Syukur menggarisbawahi bahwa tesis hendaknya tidak dijadikan momok melainkan dijadikan motivasi untuk belajar. Dr. Kadir menyampaikan tambahan terkait isu-isu kritis yang perlu dicermati dalam mengembangkan tesis. Mengembangkan mini tesis sejak awal dan mengembangkan state of the art secara jelas dapat menjadi alternatif solusi. “tesis menjadi bagian dari proses belajar melakukan riset secara komprehensif”. Nida Husna HR M.Pd. juga turut menambahkan bahwa mahasiswa yang melanjutkan studi program magister pendidikan harus menerima tanggung jawabnya sebagai seorang akademisi dan harus melewati proses penulisan tesis yang baik dan benar sebagai bagian dari kewajiban seorang peneliti, sedangkan Dr. Zahruddin, M.Pd., Kaprodi Magister MPI, menyampaikan program pascasarjana sebaiknya lebih fokus pada kualitas bukan pada kuantitas, disambung oleh Dr. H. Nurochim, M.M., yang menyampaikan pengalamannya menghadapi mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir cenderung kurang membaca, dan terakhir dari Ibu Dewi Mahasiswi S2 MPI menyampaikan curhatan mahasiswa selama Pandemi COVID 19 sebaiknya perlu ada keringanan pengurangan biaya bagi mahasiswa yang tinggal menyelesaikan tugas akhir. (Tim Disdos/MusAm)