FITK Gelar Studium General: “Inovasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19”
FITK Gelar Studium General: “Inovasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19”
Gedung FITK, BERITA FITK Online – Kamis, (16/09/2021) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah menggelar Studium General “Inovasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19” dengan narasumber Guru Besar FKIK Universitas Terbuka (UT), Prof. Dr. Atwi Suparman, M.Sc., dengan moderator Dr. Asep Ediana Latip, M.Pd., Ketua Prodi PGMI FITK UIN Jakarta. Acara tersebut dilangsungkan secara virtual melalui platform zoom cloud meeting yang dihadiri oleh Dekan FITK Dr. Sururin, M.Ag, Para Wakil Dekan, Dosen, beserta sejumlah mahasiswa yang berjumlah 250 orang. Dalam sambutannya sebagai Dekan, Sururin menyampaikan selamat datang kepada Guru Besar UT Prof. Dr. Atwi Suparman, M.Sc. di FITK, “FITK, fakultas terbesar dan fakultas yang awal berdiri dengan jumlah 16 Prodi dan lebih dari 6000 mahasiswa, 12 Prodi S1, 4 Prodi S2 dan mohon doanya dari Bapak/Ibu semua segera dibuka 2 Prodi S3 dan 1 Prodi PPG yang alhamduliallah sudah berjalan,” jelas Sururin. Menurut Sururin, acara seperti Studium General, Seminar dan kegiatan lainnya adalah agenda rutin FITK, kesemuanya itu dilakukan untuk memenuhi Indikator Kinerja Utama (IKU) dan upaya mewujudkan World Class University (WCU) yang menjadi visi universitas. “Bapak/Ibu yang kami muliakan, hari ini kita mengikuti bersama studium general dengan tema inovasi, dengan tema terkait dengan pembelajaran daring. Jadi, agar bagaimana perkuliahan daring berjalan dengan evektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Saat ini, hampir mendekati dua tahun kita bersama-sama mengikuti perkuliahan secara online, betapa jenuhnya karena kita terbiasa bertatap muka dan berinteraksi langsung dengan guru, dengan teman, dengan lingkungannya. Untuk sekarang ini kita menjalankan secara online di rumah saja akan mengalami kejenuhan jika dilakukan dengan biasa-biasa saja. Oleh karena itu, perlu inovasi-inovasi, pengembangan dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran perkuliahan secara daring,” ucapnya. “Oleh karena itu, kami tiada henti untuk menggelar kegiatan agar proses belajar mengajar secara daring ini tetap terselenggara tanpa mengurangi pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri, termasuk upaya pembelajaran belajar dengan menyenangkan dan tidak membosankan,” tambahnya. “Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam acara SG ini dan semoga acara ini mendapatan keberkahan dan kemanfaatan,” Tutup Sururin. Sementara saat menyampaikan materi SG, Atwi Suparman mengatakan sangat bangga dan terhormat diundang mengisi Studium General di FITK UIN Jakarta, “Saya merasa bangga diundang menjadi narasumber mengisi SG di FITK UIN Jakarta, semoga ini mendapatkan manfaat dan keberkahan,” ucapnya. Menurut Guru Besar UT ini, awal muncul adanya covid-19 ini menimbulkan beberapa fenomena di masyarakat, termasuk dalam proses pembelajaran. “Awal muncul adanya covid-19 ini menimbulkan beberapa fenomena di masyarakat seperti gguru, siswa, dan masyarakat yang tidak siap mental untuk pembelajaran jarak jauh. Selain itu muncul persoalan baru yaitu, sebagian guru dan siswa kesulitan akses internet, sebagian ibu dari siswa kesulitan menjadi pembimbing bagi anaknya karena tidak menguasai materi pelajaran dan tidak terampil menjadi pengganti guru. Imbas dari itu, banyak pihak yang frustasi dan berharap segera melakukan pembelajaran tatap muka,” jelas Bapak kelahiran Madura ini. Selanjutnya, Atwi menjelaskan, mau tidak mau dunia pendidikan harus menyesuaikan dengan covid-19 termasuk menjalankan pembelajaran secara daring. Menurut Atwi ada beberapa ciri Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). “Ciri PJJ adalah interaksi pendidikan yang dilakukan dari jarak terpisah antara peserta pendidikan dengan pengajar. Untuk menjembatani keterpisahan tersebut digunakan media komunikasi tepat guna sehingga proses interaksi pembelajaran terjadi dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih efisien. Selain itu, PJJ merupakan berbasis institusi dan bagian dari bentuk pendidikan formal. Di situ ada lembaga penyelenggara pendidikan. Dan terakhir dari ciri PJJ adalah berbeda dengan belajar secara otodidak yang tidak ada lembaga pendidikan yang mengatur, tetapi dilakukan atas inisiatif sendiri oleh orang yang ingin belajar,” pungkasnya. Selanjutnya, setelah pemaparan materi usai, SG dilanjutkan dengan sesi sharing dan tanya jawab yang dipandu oleh moderator Asep Ediana Latip. Berdasarkan rundown acara, SG ini berlangsung selama tiga jam, pukul 09.00-12.00 WIB. (MusAm)