Hadirkan Tiga Narasumber, HMPS PAI Gelar Webinar Pendidikan
Hadirkan Tiga Narasumber, HMPS PAI Gelar Webinar Pendidikan
BERITA FITK Online– Kamis, (29/7/2021) Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (HMPS-PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Webinar Pendidikan yang bertajuk “Persiapan Penyelenggaraan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Tengah Pandemi”. Acara tersebut dilangsungkan secara daring melalui platform Zoom Cloud Meeting dan diikuti oleh mahasiswa PAI dari sejumlah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam seluruh Indonesia. Dalam acara tersebut, HMPS PAI FITK menghadirkan tiga narasumber, yaitu Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A., Guru Besar FITK UIN Jakarta, Dr. Syafii, M.Ag. Kasubdit Pengembangan Akademik Diktis Kementerian Agama RI, dan Johan Aristya Lesmana, M.Si.,Han. dosen FITK sekaligus pengamat pendidikan. Dalam sambutannya sebagai Kaprodi PAI, Drs. Abdul Haris, M.Ag. menyampaikan terima kasih kepada pengurus HMPS PAI yang telah sukses menyelenggarakana acara webinar pendidikan ini. “Saya ucapkan terima kasih kepada HMPS PAI yang telah merancang kegiatan webinar pendidikan ini dengan baik, dengan tema “Persiapan Penyelenggaraan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Tengah Pandemi,” ucapnya. “Kita patut bersykur menjelang pandemi covid-19 ini bangsa Indonesia khususnya para mahasiswa FITK UIN Jakarta sudah terbiasa dengan pemanfaatan teknologi dan juga sudah memiliki perangkat-perangkat teknologi, sehingga walaupun terjadi perubahan dalam metode pembelajaran dan juga medianya tidak terlalu sulit untuk segera beradaptasi. Sehingga seluruh kegiatan pembelajaran di FITK UIN Jakarta ini relatif berjalan dengan baik,” pungkas alumni Gontor ini. Selanjutnya, Dr. Khalimi, M.Ag. selaku Wakil Dekan menyampaikan dalam sambutannya “Alhamdulillah har ini adik-adik HMPS PAI dengan bimbingan Kaprodi PAI menyelenggarakan acara sangat penting yaitu webinar pendidikan tentang Persiapan Penyelenggaraan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Tengah Pandemi,” ucap Khalimi. “Hari ini atau masa-masa mendatang, masyarakat dunia juga termasuk Indonesia akan menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan. Karena dalam sejarahnya covid ini bukan hanya satu jenis, tapi kemudian bermutasi menjadi macam-macam seperti alfa delta dan lain-lain. Selain covid, bencana alam juga akan semakin banyak, saya  kira sikap kita sebagai makhluk dalam kondisi-kondisi saat ini yaitu harus ingat kepada Allah SWT dan bertaubat,” tutup alumni Babakan Ciwaringin Cirebon ini. Sementara itu, Dr. Syafii, M.Ag. Kasubdit Pengembangan Akademik Diktis Kementerian Agama RI dalam penyampaian materinya menjelaskan cara merespons covid-19 untuk kaum akademisi terutama mahasiswa. “Alhamdulillah dan terima kasih atas undangannya HMPS PAI. Saya berasa pulang ke kampus saya, pulang ke almamater saya karena dulu juga saya mahasiswaTarbiyah yang juga dididik oleh Prof Abuddin Nata. Saya merasa senang sekali,” ungkap Syafii. “Izinkan saya mengawali dalam paparan webinar ini dengan mengutip dua kaidah ushul fiqh Dar’ul mafaasid muqoddamun alaa jalbil mashalih. Mencegah kerusakan, mencegah madharat lebih diutamakan dari pada meraih kebaikan, meraih kemaslahatan. Jadi ketika ada madharat dan kebaikan yang kita hadapi dalam waktu yang bersamaan, maka agama mengajarkan supaya kita mendahulukan menghidari madharat atau kerusakan terlebih dahulu dibanding kita memilih kebaikan. Agama diciptakan untuk kemaslahatan. Kemaslahatan untuk siapa? Tentu saja kemaslahatan untuk manusia,” jelas Syafii. “Kaidah ushul fiqh yang kedua adalah la dharara wala dhiror, tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain. Dalam konteks pandemi ini kenapa kita harus mengikuti anjuran pemerintah tidak lain untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama,” tutup Syafii. Selanjutnya, Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A. dalam pemaparan materinya menyampaikan awal mula berdirinya PTKIN di Indonesia. “Awal berdirinya PTKIN ini mengambil bentuk, sasaran, dan tujuan yang terbatas. Yaitu dari sebuah akademi atau sekolah tinggi, yang kemudian berubah menjadi institut dan universitas. Seiring dengan adanya perubahan jenis PTKIN, terjadi pula perubahan misi yang ingin dicapainya. Sewaktu sebagai sekolah tinggi atau akademi, tujuan PTKIN adalah untuk memeperbaiki dan memajukan pendidikan tenaga ahli agama Islam dan guna keperluan masyarakat. Kemudian setelah PTKIN menjadi institut berubah tujuannya menjadi: 1. Membentuk sarjana muslim muslim yang berakhlak mulia, berilmu, cakap serta mempunyai kesadaran bertanggung jawab atas kesejahteraan umat dan masa depan bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila. 2. Mencetak sarjana-sarjamna muslim/pejabat-pejabat agama Islam yang ahli untuk kepentingan departemen agama maupun instansi lain yang memerliukan keahliannya di dalam agama Islam serta untuk memenuhi kepentingan umu.” Jelas Abuddin. Sementara itu, Johan Aristya Lesmana, M.Si.Han. sebagai narasumber terkahir menyampaikan materinya yang menyoroti tentang sikap umat Islam dalam menghadapi pandemi covid-19. “Sebagai umat Islam kita hendaknya merujuk kepada al-Quran dan al-Hadis mengenai soal apapun, termasuk menyikapi pandemi covid-19 ini. Semuanya telah diatur di dalam keduanya. Tetapi memahami keduanya harus juga dengan menggunakan ilmu atau disampaikan oleh orang berilmu atau ulama. Dalam konteks covid-19 ini tentu yang memiliki otoritatif dan kewenangan menjelaskan dan menyampaikan adalah pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan yang di dalamnya terdapat para tenaga kesehatan, dokter, epidemiolog, dan virolog. Mereka itu adalah ulama dalam konteks wabah covid-19 ini.” Jelas ayah satu putra ini. Selanjutnya Johan menjelaskan bahwa pandemi covid-19 ini adalah kejadian yang bersifat ilmiah bukan rekayasa manusia atau apapun sehingga harus juga diatasi dengan cara-cara ilmiah dan berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan seperti penerapan protokol kesehatan dan vaksin. “Kawan-kawan, menurut saya pandemi covid-19 ini adalah kejadian yang bersifat ilmiah, bukan rekayasa manusia atau apapun sehingga harus juga diatasi dengan cara-cara ilmiah dan berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan seperti penerapan protokol kesehatan ketat dan vaksinasi. Mari kita dukung upaya-upaya pemerintah dalam upaya penanggulangan wabah covid-19 ini,” tutup aktivis mahasiswa pada masanya ini. (MusAm)