Syekh Ahmed Mustafa Sabri Kupas Pemikiran Spiritual-Linguistik Said Nursi di PBA UIN Jakarta
Gedung FITK, BERITA FITK Online – Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar kuliah umum bertajuk “Penggunaan Ilmu-ilmu Alat untuk Mencapai Ilmu Tinggi dan Ma’rifat Ilahiyah menurut Badiuzzaman Said Nursyi”, Kamis (19/62025), di Teater Mahmud Yunus, Lantai 3 Gedung FITK.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber istimewa, Syekh Ahmed Mustafa Sabri, ulama dan cendekiawan kontemporer yang intens mengkaji pemikiran Badiuzzaman Said Nursi, tokoh intelektual besar asal Turki. Dalam penyampaiannya, Syekh Ahmed menjelaskan bahwa ilmu-ilmu alat seperti nahwu, sharaf, balaghah, dan mantiq dalam pandangan Nursi tidak hanya berfungsi sebagai alat linguistik, tetapi juga sebagai jalan untuk memahami hakikat wahyu.
“Menurut Said Nursi, ilmu bukan sekadar untuk memahami teks, tetapi harus menjadi jalan ruhani menuju ma’rifatullah. Ilmu alat itu ibarat kunci; tanpa kunci yang benar, kita tidak bisa membuka pintu makna Al-Qur’an secara utuh,” ujar Syekh Ahmed.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa penguasaan bahasa Arab yang mendalam harus diarahkan untuk membentuk kedalaman iman dan spiritualitas. Ia mengingatkan bahwa pendekatan keilmuan modern harus berpijak pada nilai-nilai ilahiyah, bukan hanya rasionalitas semata.
“Zaman ini membutuhkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki hati yang jernih. Itulah visi Nursi—menggabungkan logika, keindahan bahasa, dan kedalaman spiritual dalam satu harmoni,” ungkapnya.
Dalam analisisnya terhadap beberapa ayat Al-Qur’an seperti “Qālatil A‘rābu,” “Qāla Niswatun,” dan “Iyyāka Na‘budu,” Syekh Ahmed menunjukkan bagaimana struktur bahasa dapat mencerminkan kondisi sosial dan spiritual umat. Misalnya, bentuk jamak dalam “Qāla Niswatun” menurutnya merepresentasikan kerumunan suara yang tidak satu, sedang bentuk mufrad dalam ayat lainnya menunjukkan makna keutuhan dan fokus spiritual.
Salah satu bagian yang paling mengesankan peserta adalah pembahasan tentang konsep keikhlasan, yang menjadi fondasi dalam ajaran Nursi.
“Keikhlasan adalah ruh dari setiap amal. Dalam hitungan angka, satu bisa menjadi seribu jika keikhlasan hadir. Tapi seribu bisa menjadi nol jika tidak ada keikhlasan,” terang Syekh Ahmed.
Kegiatan ini dibuka oleh Kaprodi PBA FITK UIN Jakarta, Mukhshon Nawawi, M.A., yang dalam sambutannya menekankan pentingnya integrasi antara penguasaan ilmu alat dan nilai-nilai spiritual.
“Kuliah umum ini tidak hanya membekali mahasiswa dengan aspek linguistik, tetapi juga mengarahkan mereka untuk memahami ilmu secara kontekstual dan transendental,” ujarnya.
Mukhshon juga menambahkan bahwa pendekatan seperti ini sejalan dengan visi Prodi PBA untuk menghasilkan lulusan yang unggul secara akademik dan memiliki komitmen religius yang kuat.
“Seminar ini menjadi pengingat bahwa ilmu yang tidak disertai cahaya keikhlasan bisa kehilangan maknanya. Semoga kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut dan membentuk karakter mahasiswa yang ilmiah dan spiritual,” tutup Kaprodi PBA.
Acara ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai angkatan, dosen, serta alumni PBA FITK UIN Jakarta. Para peserta tampak antusias mengikuti sesi tanya jawab yang berlangsung setelah pemaparan materi. Beberapa mahasiswa menyampaikan kekaguman terhadap pendekatan integratif Said Nursi yang memadukan teks, konteks, dan spiritualitas.
Salah satu peserta, Fikri, mahasiswa semester VI, mengungkapkan kesannya:
“Ini membuka perspektif baru bagi saya dalam memahami ilmu alat. Saya jadi lebih paham bahwa belajar nahwu dan balaghah tidak cukup untuk ujian, tapi juga sebagai jalan mendekat kepada Allah,” ujarnya.
Kuliah umum ini merupakan bagian dari rangkaian program penguatan atmosfer akademik dan spiritual Prodi Pendidikan Bahasa Arab FITK UIN Jakarta. Melalui kegiatan ini, civitas akademika diajak untuk tidak hanya menjadikan ilmu sebagai alat akademis, tetapi juga sebagai sarana penghambaan yang tulus kepada Allah SWT. (MusAm)